Minggu, 23 Juni 2013

Dua sisi

Setidaknya, aku punya dua sisi.

Sisi pertama, sisi yang menanggap aku mampu, aku bisa, aku kuat dan apapun itu kejadiannya aku dapat menyelesaikannya.

Sisi yang ke dua, sisi yang menanggap aku bukan apa-apa, aku bukan siapa-siapa, aku lemah dan apapun itu kejadiannya aku menyesal.

Ntah, kenapa. Ini masih berhubungan dengan kamu.

Sudah 100 hari..

Tak pernah menyangka sama sekali. Aku kira tak akan lagi seperti ini. Sayangnya, aku belum siap.

Semoga aku bisa berubah. Perlu waktu yang lebih untuk menyadarkan aku, kalau kita memang sudah berbeda dengan yang dulu.

Rabu, 19 Juni 2013

Kenapa?

Karena..

Pertama,  di video Kawasan Unlam Banjarmasin (sudah) Seperti Jalan Umum ada "pemeran" yang sebagai penunjuk waktu. Perlu diperjelas lagi?

Kedua, karena kamu suka video Kemacetan di Banjarmasin dan Solusinya dan itu salah satu alasan kenapa ku bikin video Kawasan Unlam Banjarmasin (sudah) Seperti Jalan Umum.

Terakhir, karena hmmm... *paket internet habis*

Membedah video "Kawasan Unlam Banjarmasin (sudah) Seperti Jalan Umum!"



Ini adalah video kedua saya. Yang pertama adalah "Kemacetan di Banjarmasin dan Solusinya". Anggap saja, video ini adalah video sekuel dari video tentang kemacetan tadi itu.

Mari membedah..

Universitas Lambung Mangkurat merupakan universitas tertua di pulau Kalimantan. Tertua berarti Unlam adalah universitas pertama di pulau Kalimantan. Karena tua itulah, Unlam memiliki permasalahan yang kompleks.

Di sini, saya adalah mahasiswa biasa. Yang cuma kuliah lalu pulang. Saya tidak ikut dalam kepengurusan HIMA, BEM fakultas apalagi BEM KM Unlam. Saya hanyalah mahasiswa biasa semester 4 (otw 5) yang prihatin dengan keadaan kampus Unlam.

Sejak hari pertama saya kuliah, saya sudah merasakan rasa keprihatinan terhadap Unlam. Masalah ini, masalah itu hingga masalah ini dan itu. Saya tidak banyak berbuat. Saya sulit mencari teman yang sepemikiran dengan saya.

Video "Kawasan Unlam Banjarmasin (sudah) Seperti Jalan Umum!" merupakan perkembangan dari tulisan saya Tentang Kawasan Universitas Lambung Mangkurat yang Seperti Jalan Umum. Kalau itu cuma sekedar tulisan, sekarang ada visualnya.

Kenapa di saat SBMPTN berlangsung? Karena ada 6.030 peserta yang datang ke Unlam. Ini data saya dapat dari berita online. Googling aja. Dan saya tahu dan mengerti kalau yang datang itu bukan cuma orang Banjarmasin tapi juga dari luar Banjarmasin. Untuk itu, video dan tulisan ini hanya bertujuan untuk menyadarkan kita semua kalau (memang) kawasan Unlam Banjarmasin (sudah) seperti jalan umum.

Video itu benar adanya. Tidak mengada-ngada. Jika kalian berada pada waktu itu (18 juni 2013) kemungkinan besar Anda melihat saya. Hehe.

Lanjut..

Kenapa membahas kendaraan bermotor?

Sederhana, karena saya sudah (maaf kasar) muak dengan keberadaan kendaraan bermotor yang sudah terlalu banyak di Banjarmasin. Perlu bukti? Coba tonton video pertama saya. Video pertama saya itu jelas terlihat bagaimana perasaan saya terhadap Banjarmasin.

Kenapa Unlam Banjarmasin?

Karena saya kuliah di sana. Karena Unlam Banjarmasin adalah tempat favorit kuliah (setidaknya) regional kalsel dan kalteng. Dan, karena Unlam Banjarmasin adalah kampus tertua di pulau Kalimatan.

Apa pesan di dalam video itu?

Pertama, sadar ga sih, Unlam Banjarmasin itu kampus, bukan jalan umum? Lalu kenapa banyak sekali kendaraan bermotor yang masuk dan keluar dari area kampus?

Kedua, masih sambungan dari yang pertama, Unlam Banjarmasin itu kecil loh. Saya bikin video itu cuma jalan kaki.

Ketiga, tentu saya ingin (minimal) mahasiswa asli orang Banjarmasin dan mahasiswa dari luar Banjarmasin yang peduli dengan Unlam Banjarmasin (secara sempit) dan Banjarmasin (secara luas) untuk beralih kendaraan bermotor yang kalian gunakan ke kampus. Pake apa dong? Bisa jalan kaki kalau tempat kediaman Anda dekat dengan kampus. Dekat itu seberapa jauh? Seberapa Anda bisa melaluinya dengan berjalan kaki.

Sedikit bercerita. Anda pernah ke Duta Mall berjalan kaki dari rumah? Saya pernah. Dan garis start-nya adalah pasar lama. Apakah itu dekat?

Lalu kalau ga sanggup jalan kaki, bersepeda. Saya sudah tahu kok alasan-alasan kenapa banyak orang yang tidak berminat untuk bersepeda ke kampus. Saya menjawabnya, sederhana saja. Yang penting adalah niat. Karena saya aja sudah lebih dari satu tahun menggunakan sepeda sebagai alat transportasi ke Unlam Banjarmasin.

Kenapa memilih lagu ini, lagu itu menjadi backsound video? Saya rasa lagu-lagu itu sesuai dengan isi video. Kalau ga suka, yaa jangan didengarkan.

Apa harapan setelah membuat video "Kawasan Unlam Banjarmasin (sudah) Seperti Jalan Umum!"? Seperti pesan-pesan yang ada di video itu tadi.

Maaf yaa, buat orang-orang yang tidak suka dengan video "Kawasan Unlam Banjarmasin (sudah) Seperti Jalan Umum!". Saya hanya ingin menuangkan rasa keprihatinan saya. Boleh kan?

Minggu, 16 Juni 2013

Sejenak menghilang


9 juni lalu, tepatnya pukul 23:00 WITA, terpikir kembali untuk sejenak menonaktifkan akun twitter. Menonaktifkan artinya tidak membuka twitter apalagi ngetweet. Dulu juga pernah mempunyai pikiran seperti ini dan sudah dilakukan. Meski Cuma seminggu, tapi sedikit banyak ada perubahan. Yang dulu itu tanggal 9 sampai 15 januari 2011. Alasannya? Ah, pasti kamu sudah tau. Iya, kamu.

Kembali ke masa sekarang. Alasan menonaktifkan pada saat ini berbeda dengan alasan yang dulu. Sekarang, karena aku merasa ada sebuah kesalahan jika membuka timeline. Kini, ada kamu. Hal yang tak pernah aku duga. Tahun lalu, sebenarnya aku sudah tidak mempunyai keinginan yang besar lagi untuk berharap kita bisa berteman kembali. Tapi ternyata sekarang seperti ini.

Bukannya tidak bersyukur, malah sangat bersyukur. Tapi, mungkin, akunya, yang belum siap. Belum siap kalau kita ternyata sudah berubah. Waktu satu tahun, belum cukup rupanya. Bagiku, ini terlalu cepat dari waktu aku sudah mulai mencoba untuk tidak mempunyai keinginan lagi. Atau ada faktor lain? Entahlah, yang pasti aku merasa belum saatnya kita seperti ini lagi.

Satu minggu ini aku gunakan untuk tidak menjadi stalker kamu. Iya, sepertinya bio kamu yang “hai stalker” itu ditujukan ke aku. Sebelum 9 juni, aku rajin membuka akun twitter kamu untuk melihat tweet-tweet kamu. Lucu ya, aku berani berkata ini, di sini. Aku memang tidak mempunyai ruang untuk mengatakan semua ini. Untuk itulah, aku membuat blog.

Satu minggu ini aku merasakan nikmatnya ketiduran. Sebelumnya, aku jarang sekali merasakan nikmatnya ketiduran itu. Kenapa nikmat? Karena, menurut aku, ketiduran itu cara tidur yang sebelum tidur, kita tak perlu memikirkan bagaimana cara untuk bisa tidur.. Sebelum 9 juni, aku sulit mendapatkan momen ketiduran. Alasannya mungkin terlalu cengeng, tapi benar, sebelum aku tidur, biasanya terlebih dahulu memikirkan kamu. “Kamu sudah tidur belum?” itu pertanyaan yang sering muncul. Tapi tentunya ada juga yang lain yang tak perlu aku jelaskan di sini. Oh ya, aku pernah ngetweet tentang ini. Dan kamu mention. Dan kamu benar.

Satu minggu ini aku berharap ada yang merindukan tweet-tweet aku. Dan sialnya, (sepertinya) tidak ada. Tak apa. Itu bukan tujuan utama kenapa aku menonaktifkan akun twitter-ku.

Selain yang di atas, aku juga menggunakan satu minggu ini untuk merenung dan berpikir, apa yang seharusnya aku lakukan. Dan aku belum menemukan jawabannya. Ingin sebenarnya untuk menonaktifkan akun twitter aku ini lebih lama lagi, tapi aku tak sanggup. Ternyata, rindu mengalahkan segalanya. Jujur, selama satu minggu ini aku merindukan momen kita berbalas tweet. Boleh kan?

Ini paragraf terakhir. Aku hanya ingin kamu tau, aku masih berharap tentang tanggal 25 juni nanti. Aku sudah mempersiapkan ini sejak sebulan yang lalu. Setidaknya untuk membalas traktiran pancake. Tapi kalau memang tidak bisa, apa boleh buat. Mungkin, dilain waktu, bisa. [kalo diperhatikan, paragraf terakhir ini gak nyambung dengan paragraf-paragraf sebelumnya.. hehe]

[LAPORAN PENELITIAN] Pembangunan di Desa Sungai Tandipah


BAB I
PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
Aktivitas masyarakat desa tidak pernah berhenti. Mereka silih berganti menjalankan kegiatannya masing-masing. Secara garis besar, kehidupan masyarakat desa layaknya kehidupan masyarakat diperkotaan. Namun, pastilah ada pembedanya. Masyarakat perdesaan pada umumnya, masih bergantung pada alam dan menjalankan segala sesuatunya masih dengan cara tradisional. Berbeda dengan masyarakat yang tinggal di kota, yang sudah lebih modern. Oleh karena itu, masyarakat desa sering dianggap masyarakat yang kolot dan terbelakang.
Dari masa orde lama hingga sekarang, sudah banyak program-program pemerintah yang bertujuan untuk memajukan dan mempercepat pembangunan di desa. Hal ini didasari oleh, pentingnya pembangunan yang berada di desa bagi kelangsungan pembangunan nasional. Tak dapat dipungkiri, bahwa pembangunan nasional bergantung pada pembangunan di desa.
Setiap desa pastilah memiliki potensi-potensi yang beranekragam. Ada desa yang menjadi pemasok pangan nasional, ada desa yang penuh dengan kekayaan alamnya, ada desa yang kaya akan budaya mereka yang masih kental dan lain sebagainya. Potensi-potensi ini harus menjadi sorotan utama bagi pemerintah pusat. Jika tidak, pembangunan nasional yang dicanang-canangkan akan terhambat. Oleh karenanya, pembangunan desa tidak bisa dipandang sebelah mata. Karena, sebuah negara maju tidak akan dikatakan negara maju jika pembangunan desanya masih berjalan ditempat.
Untuk itu, kami sepakat untuk memilih Desa Sungai Tandipah, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah “Pembangunan Desa”. Desa ini dipilih dikarenakan, letak geografisnya yang strategis, keberagaman mayarakatnya dan kami juga memperhatikan masih perlunya pembangunan di desa Sungai Tandipah ini.
1.2  Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan kami melakukan penelitian ke Desa Sungai Tandipah, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar adalah:
a.       Untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pembangunan Desa”.
b.      Untuk mengenal dan memahami Desa Sungai Tandipah, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar dari segi gambaran umum tentang desa, sejarah dan asal usul desa, keadaan geografis desa, kependudukan desa, aspek sosial dan budaya yang ada hingga mampu memberikan strategi dalam pemanfaatan potensi serta masalah desa.
c.       Untuk menambah pengalaman kami agar tidak gagap ketika berhubungan secara langsung terhadap masyarakat.
1.3  Identifikasi Potensi dan Permasalahan Desa
a.       Potensi Desa
Secara umum, setiap desa pasti memiliki potensi yang harus dikembangkan dan dilestarikan. Berikut potensi yang ada di Desa Sungai Tandipah:
1)      Potensi pertanian, perkebunan dan perikanan.
2)      Potensi wisata.
b.      Permasalahan Desa
Selain potensi, di desa juga tentu memiliki permasalahan-permasalan yang harus diperbaiki. Berikut permasalahan yang ada di Desa Sungai Tandipah:
1)      Kebutuhan akan persediaan air bersih yang kurang memadai.
2)      Penyediaan WC umum yang terbatas.
3)      Akses infrastruktur jalan umum yang rusak.
4)      Belum tersedianya layanan di bidang kesehatan.
5)      Minimnya tempat pembuangan sampah.
                                                           
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Desa dan Pemerintahan Desa
2.1.1 Desa
Pengertian Desa menurut Raharjdo dalam bukunya yang berjudul Pengantar Sosiologi Pedesaan Dan Pertanian mengemukakan pengertian desa yaitu sebagai suatu gejala yang bersifat universal, terdapat dimanapun di dunia ini. Sebagai suatu komunitas kecil, yang terikat pada likalitas tertentu baik sebagai tempat tinggal (secara menetap) maupun bagi pemenuhan kebutuhan dan terutama yang tergantung kepada pertanian, desa-desa cenderung mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yang sama, (Rahardjo, 1999: 28).
Sedangkan menurut William Ogburn dan MF Nimkoff, desa adalah kesatuan organisasi kehidupan sosial di dalam daerah terbatas.
Selain itu, berdasarkan pada UU No. 32 Tahun 2004 yaitu desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2.1.2 Pemerintahan Desa
Secara etimologi kata pemerintah berasal dari kata ''perintah''yang berarti sesuatu yang harus dilaksanakan dan kemudian mendapat imbuhan sebagai berikut:
  1. Mendapat awalan "pe-" menjadi kata "pemerintah" berarti badan atau organ elit yang melaksanakan pekerjaan mengurus suatu negara atau organ yang menjalankan pemerintahan.
  2. Mendapat akhiran "an-" menjadi kata "pemerintahan" berarti perihal, cara, perbuatan atau urusan dari badan yang berkuasa dan memiliki legitimasi.
Sedangkan pemerintahan desa adalah  lembaga perpanjangan pemerintah pusat memiliki peran yang strategis dalam pengaturan masyarakat desa/kelurahan dan keberhasilan pembangunan nasional. Karena perannya yang besar, maka perlu adanya Peraturan-peraturan atau Undang-Undang yang berkaitan dengan pemerintahan desa yang mengatur tentang pemerintahan desa, sehingga roda pemerintahan berjalan dengan optimal.
Pemerintah desa terdiri dari kepala desa dan perangkat desa, yakni terdiri atas sekretaris desa dan perangkat lainnya
2.2 Pengertian Pembangunan Desa
Istilah pembangunan berasal dari kata bangun, diberi awalan pem- dam akhiran ­–an untuk menunjukkan perihal membangun. Kata bangun setidaknya mengandung empat arti, yaitu: (1) sadar atau siuman; (2) bangkit atau berdiri; (3) bentuk; dan (4) membuat, mendirikan atau membina. Dengan demikian, pembangunan meliputi segi Anatomik (bentuk), fisioogik (kehidupan) dan behavioral (perilaku) (Gazali Rahman, 2013:5).
Maka dapat disimpulkan, bahwa pembangunan desa adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan perubahan dari segi bentuk, kehidupan hingga perilaku yang terjadi di suatu desa. Tentu, yang dimaksud perubahan di sini adalah perubahan yang mengarah ke sesuatu yang lebih baik daripada sebelumnya.
Yang dimaksud perubahan bentuk, dapat dimaknai seperti perubahan-perubahan infrastruktur di suatu desa. Misalnya, jika sebelumnya akses jalan belum memadai, lalu beberapa waktu kemudian desa tersebut mempunyai jalan desa yang bisa digunakan dengan baik, maka hal tersebut adalah sebuah pembangunan. Begitu juga, perubahan dari segi kehidupan dan perilaku yang menuju ke arah yang lebih maju dan modern daripada sebelumnya, maka hal demikian bisa dikatakan sebagai sebuah pembangunan desa.
2.3 Permasalahan Dalam Pembangunan Desa
Adapun permasalahan dalam pembangunan desa, menurut hasil wawancara kami terhadap Kepala Desa Sungai Tandipah, Jainudin, adalah terkendalanya akses masuk alat material ke dalam wilayah desa yang beliau pimpin. Hal ini dikarenakan, jalan desa yang masih berbatu dan tidak bisa dilalui oleh kendaraan bermotor yang bermuatan besar.
Sambung Jainudin, hal tersebut mengakibatkan membengkaknya dana untuk pembangunan desa hingga dua kali lipat. Penyebabnya tidak lain, karena alat material yang hendak dipergunakan untuk pembangunan fisik, seperti perbaikan jalan, bangunan sekolah dan lain-lain tersebut, hanya bisa berhenti di pintu masuk desa, selanjutnya akan diteruskan oleh masyarakat desa.
Senada dengan pendapat Jainudin, menurut paparan Nor Ipansyah, kepala urusan pemerintahan di Desa Sungai Tandipah, pada saat pembagian beras miskin (raskin) untuk warga desa, pendistribusiannya harus melalui jalur air dengan menggunakan kelotok (mesin perahu khas Banjar). Hal yang demikian, disebabkan oleh ketidakmampuan kendaraan bermotor beroda empat untuk masuk ke desa, tidak seperti desa tetangga yang sudah memiliki jalan yang baik dan mampu digunakan untuk kendaraan bermotor beroda empat, ungkap dia.
2.4 Peran Tokoh Masyarakat
Ada beberapa tokoh masyarakat yang ada di Desa Sungai Tandipah. Jainudin, selaku pembakal di desa tersebut, menyebutkan bahwa ada tiga tokoh agama di sana. Berikut ketiga nama tokoh agama di Desa Sungai Tandipah:
a.       Suhaimi, pada RT 1;
b.      H. Nasrun, pada RT 2; dan
c.       Abdul Hakim, pada RT 3.
Ketiga tokoh agama di atas, lanjut Jainudin, secara rutin mengadakan ceramah setiap minggunya di Rukun Tetangga (RT)nya masing-masing. Hal tersebut penting, untuk menambah dan meningkatkan ilmu keagamaan pada setiap warga desa.
Selain tokoh agama, adapula tokoh pemuda di sana. Namun, berbeda dengan tokoh agama, tokoh pemuda biasanya berkumpul pada saat karang taruna diadakan. Akan tetapi, karang taruna di sana masih kurang terorganisir dengan baik.
Di sana juga ada tokoh wanita. Tokoh wanita di Desa Sungai Tandipah merupakan bagian dari ibu-ibu PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga).  mereka secara berkelanjutan selalu mengadakan arisan dan yasinan pada tanggal 10 disetiap bulannya serta posyandu pada tanggal 24 disetiap bulannya. Selain itu, mereka juga berupaya untuk menjalankan 10 program PKK yang pada hakekatnya merupakan kebutuhan dasar manusia. Yaitu:
1.         Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.
2.         Gotong Royong.
3.         Pangan.
4.         Sandang.
5.         Perumahan dan Tatalaksana Rumah Tangga.
6.         Pendidikan dan Ketrampilan.
7.         Kesehatan.
8.         Pengembangan Kehidupan Berkoperasi.
9.         Kelestarian Lingkungan Hidup.
10.     Perencanaan Sehat.
Sedangkan tokoh aparatur desa, berperan sebagai pelaksana tugas pelayanan kepada masyarakat desa. Hal ini sering dilakukan oleh kepala desa serta staf-stafnya pada waktu ada masyarakat desa yang ingin berurusan yang bersifat administratif, seperti memperpanjang masa berlaku KTP (Kartu Tanda Penduduk), pembuatan kartu keluarga dan lain sebagainya. Selain itu, peran tokoh aparatur desa juga sebagai perpanjangan pemerintah Kabupaten Banjar dalam berbagai segi dan bidang. Antara lain, pemberitahuan terhadap Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) desa kepada pemerintah Kabupaten Banjar, sosialiasi mengenai sesuatu terhadap masyarakat Desa Sungai Tandipah oleh pemerintah Kabupaten Banjar dan lain-lain. Untuk itu, peran tokoh aparatur desa ini sangat diperlukan oleh masyarakat desa guna mendukung pembangunan desa.

BAB III
HASIL SURVEI DAN PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum Desa
Desa Sungai Tandipah secara administratif pemerintahan, berada pada Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Jaraknya tidak jauh dari  kota Banjarmasin. Jika kita mengendarai kendaraan bermotor seperti sepeda motor, hanya memakan waktu sekitar satu jam dari pusat kota Banjarmasin menuju desa tersebut. Namun, jika kita menggunakan alat transportasi air berupa kelotok, maka akan bisa ditempuh lebih singkat. Hal ini disebabkan, lalu lintas kota Banjarmasin yang semakin semerawut dan padat membuat ruas-ruas jalan raya di kota Banjarmasin sering terjadi kemacetan.
Desa ini masih tergolong desa yang menjadikan sungai sebagai urat nadi mereka. Hal ini dibuktikan, banyaknya masyarakat desa tersebut memiiki jukung (perahu kecil) dan kelotok. Setidaknya, setiap satu rumah memiliki satu buah jukung. Penyebabnya tidak lain, karena letak desa ini yang dekat sungai. Selain itu, Desa Sungai Tandipah ini juga dekat dengan pasar terapung Lok Baintan. Oleh sebab itu, jika masyarakat desa setempat memerlukan kebutuhan pokok, mereka dapat memperolehnya di pasar terapung Lok Baintan
3.2  Sejarah dan Asal Usul Desa
Pada awalnya, Desa Sungai Tandipah merupakan desa pemekaran dari Desa Lok Baintan. Pemerakaran tersebut berlangsung secara berangsur-angsur. Berikut urutan-urutan nama desa pemekarannya:
a.       Sungai Pinang Lama.
b.      Lok Baintan Luar.
c.       Sungai Bakung.
d.      Lok Baintan Dalam.
e.       Paku Alam.
f.       Sungai Tandipah.
Nama Desa Sungai Tandipah itu sendiri berasal dari kata “dipah” yang berarti sejenis tumbuhan kelapa sawit yang hidup dan tumbuh di daerah rawa dan sungai. Berawal dari situlah, desa ini dinamakan Desa Sungai Tandipah. Akan tetapi, tumbuhan ini seiring perkembangan zaman, telah hampir punah. Hanya sebagian sisi desa yang terdapat tumbuhan tersebut. Masyarakat desa berpendapat, bahwa “dipah” ini tidak ada memiliki nilai ekomonis bagi mereka. Maka dari itu, masyakat tidak terlalu memperdulikan keberadaan tumbuhan itu.
Jainudin (Kepala Desa Sungai Tandipah) menambahkan, dikarenakan kurangnya arsip yang tersedia pada zaman dulu, maka beliau tidak dapat memberikan informasi yang lebih detail tentang kapan terbentuknya Desa Sungai Tandipah hingga Surat Keputusan tentang berdirinya Desa Sungai Tandipah.
3.3  Keadaan Geografis
Desa Sungai Tandipah ini memiliki luas sekitar 7,5 km2 dan berbatasan langsung dengan:
a.       Sebelah utara    : berbatasan dengan Desa Terantang.
b.      Sebelah selatan : berbatasan dengan Desa Sungai Bakung.
c.       Sebelah barat    : berbatasan dengan Desa Paku Alam.
d.      Sebelah timur    : berbatasan dengan Kota Banjarmasin.
Desa yang beriklim rata-rata harian berkisar 35˚C ini, terletak 8 Kilometer (Km) dari ibukota kecamatan dengan waktu tempuh 30 menit. Sedangkan jarak dari ibukota propinsi Kalimantan Selatan berkisar 40 Km.
3.4  Kependudukan Desa
Desa yang terletak di daerah pinggiran sungai ini mempunyai jumlah penduduk sebanyak 2.546 jiwa dan 752 kepala keluarga. Dengan rincian sebagai berikut:

Jumlah penduduk desa berdasarkan jenis kelamin dan jumlah dalam tiap RT dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Berikut di bawah ini, jumlah kepala keluarga per RT:
    
 
Berikut kami paparkan jumlah rumah tangga berdasarkan klasifikasi kesejahteraan:
 
Data-data yang telah disebutkan di atas, kami peroleh dari profil Desa Sungai Tandipah.
3.2  Pemerintahan Desa
Berikut struktur organisasi pemerintahan di Desa Sungai Tandipah pada periode 2013-2020:
Informasi yang dapat kami himpun dari Kepala Desa Sungai Tandipah, Jainudin, sedikitnya sudah ada lima pembakal yang telah memimpin desa ini. Berikut di bawah ini urutan dari masa ke masa:
1.      H. Hasyim (satu periode).
2.      Karim (satu periode).
3.      Abdurrahman Siddik (dua periode).
4.      Ruslan (dua periode/2002-21 april 2013).
5.      Jainudin (22 april 2013-hingga sekarang).
Tambah Jainudin, karena keterbatasan arsip yang ada di Desa Sungai Tandipah, beliau tidak dapat menyebutkan masa periode Kepala Desa Sungai Tandipah pada awal berdirinya Desa Sungai Tandipah hingga kepemimpinan Abdurrahman Siddik. Hal ini dikarenakan, kurangnya sosialiasi pada zaman dulu dari Pemerintah Kabupaten Banjar terhadap pentingnya kearsipan suatu desa.
Adapun mengenai visi dan misi Desa Sungai Tandipah, tertuang pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2010-2015. Berikut visi dan misi desa:
Visi:
Menjadikan Desa Sungai Tandipah sebagai desa sentra jeruk siam Banjar pada tahun 2015.
Misi:
1.      Membangun dan mendorong majunya bidang pendidikan baik formal atau non formal yang mudah diakses dan dinikmati seluruh warga masyarakat tanpa terkecuali.
2.         Membangun dan mendorong terciptanya pendidikan yang menghasilkan insan cerdas, insan berkarya produktif dan insan mandiri.
3.         Membangun dan mendorong terwujudnya pendidikan kejujuran dan keahlian baik formal maupun informal yang berbasiskan dan mengembangkan sektor pertanian, perkebunan dan perikanan.
4.         Membangun dan mendorong usaha-usaha untuk mengembangkan sektor pertanian, perkebunan dan perikanan, baik tahap produksi maupun pengelolaan hasilnya.
5.         Membangun dan mendorong usaha-usaha untuk optimalisasi sektor pertanian, perkebunan dan perikanan, baik tahap produksinya maupun pengelolaan hasilnya.
6.         Menjamin dan mendorong usaha-usaha untuk terciptanya pembangunan disegala bidang yang berwawasan lingkungan dan kebencanaan, sehingga keberlanjutan usaha-usaha pembangunan dan pemanfaatan.
7.         Membangun infrastruktur jalan, gorong-gorong dan jembatan.
Sebagian besar misi-misi Desa Sungai Tandipah yang telah kami sebutkan di atas, telah tersedia dan sedang dalam pelaksanaan. Seperti, di bidang pendidikan, di desa ini telah ada satu Sekolah Dasar Negeri di RT 2 dan ada dua Madrasah Ibtidaiyah masing-masing terletak di RT 2 dan 3. Namun, hal ini dirasa masih kurang, karena jika siswa SD/MI yang ingin melanjutkan jenjang pendidikannya, maka harus menimba ilmu ke desa tetangga yaitu Desa Paku Alam yang memiliki Sekolah Menengah Pertama Negeri dan Madrasah Tsanawiyah ataupun bisa ke Kelurahan Sungai Lulut, Kota Banjarmasin yang tersedia hingga Sekolah Menengah Atas atau sederajat. Untuk kualitas guru di Desa Sungai Tandipah, pada SDN mayoritas diperoleh dari guru luar desa. Hal tersebut karena, pada SDN diharuskan para guru hingga kepala sekolah berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sedangkan pada MI, keselurahan berasal dari dalam desa.
Di bidang pertanian, perkebunan dan perikanan, dirasa perlu dikembangkan dan diberi bantuan. Hal ini terutama permasalahan yang terjadi pada bibit dan pupuk yang masih dianggap kurang memadai.
Pada infrastruktur desa seperti jalan, gorong-gorong dan jembatan juga sudah tersedia namun masih perlu diperbaiki. Jainudin, pembakal Desa Sungai Tandipah menjelaskan, jembatan gantung yang menghubungkan Kelurahan Sungai Lulut dan Desa Sungai Tandipah telah dibangun pada akhir tahun 2005. Sedangkan jalan dan gorong-gorong, saat ini masih dalam proses. Kemungkinan kedua hal tersebut akan diperbaiki pada bulan Agustus mendatang.
3.2  Aspek Sosial Budaya
Masyarakat di Desa Sungai Tandipah ini merupakan masyarakat asli. Akan tetapi banyak juga yang merupakan masyarakat pendatang. Masyarakat pendatang yang ada kebanyakan berasal dari Desa Pari-Pari dan Sungai Kapuas.  Suku dan budaya yang ada di desa ini juga beragam. Ada suku Banjar, Jawa, Bugis dan lain-lain. Selain itu, masyarakat di desa ini secara keseluruhan beragama Islam.
3.3  Strategi Dalam Pemanfaatan Potensi Desa
Potensi yang ada di Desa Sungai Tandipah, antara lain sebagai pemanfaatan lahan untuk pertanian, perkebunan dan perikanan serta menjadikan sungai sebagai potensi wisata. Strategi yang menurut kami cocok digunakan dalam pemanfaatan potensi desa, yaitu antara lain:
a.       Untuk potensi pertanian, perkebunan dan perikanan, masyarakat desa sudah seharusnya dimanfaat secara optimal. Di sisi ain, pemerintah harus mampu menyediakan bibit-bibit, pupuk ataupun segala sesuatu yang mampu meningkatan hasil yang diperoleh. Selain itu, pemerintah juga harus memberikan penyuluhan dan sosialisasi terhadap masyarakat desa tentang hal-hal yang berhubungan dengan cara-cara atau proses-proses guna meningkatan hasil produksi.
b.      Untuk potensi wisata, jalur dan akses menuju ke desa hendaknya diperbaiki. Hal tersebut dikarenakan, rumah-rumah yang ada di area pinggir sungai ataupun rumah-rumah menuju ke Desa Sungai Tandipah banyak yang kurang layak digunakan. Tentu, penyebabnya adalah tingkat kesejahteraan masyarakat desa yang masih rendah. Untuk itu, pemerintah harus memberdayakan masyarakat desa agar dapat memaksimalkan pekerjaan mereka. Dengan kata lain, jika masyarakat diberdayakan maka masyarakat dapat memperbaiki rumah-rumah mereka.. Selain permasalahan rumah, tentu permasalahan WC umum yang banyak terdapat di pinggir sungai juga harus dipindahkan. Dengan mempertimbangkan hal di atas, maka semua hal itu akan berjalan baik jika ada keseriusan pemerintah baik tingkat kabupaten maupun propinsi, untuk memperbaiki rumah dan permasalahan WC umum. Dengan begitu, turis-turis yang melalui Desa Sungai Tandipah untuk menuju ke Pasar Terapung akan lebih terkesan terhadap rumah-rumah di tepian sungai yang tertata rapi. Dengan kata lain, hal ini akan mengakibatkan peningkatan wisatawan lokal maupun mancanegara untuk berkunjung ke sana dan hal ini juga menjadi sumber penghasilan tersendiri bagi pemerintah pada bidang pariwisata serta tentu juga sumber penghasilan bagi masyarakat desa.
3.4  Strategi Dalam Pemecahan Masalah Desa
Dari hasil pengamatan kami ke Desa Sungai Tandipah, setidaknya lima permasalahan yang terjadi. Berikut kelima permasalahan tersebut:
a.       Kebutuhan akan persediaan air bersih yang kurang memadai;
b.      Penyediaan WC umum yang terbatas;
c.       Akses infrastruktur jalan umum yang rusak;
d.      Belum tersedianya layanan di bidang kesehatan; dan
e.       Minimnya tempat pembuangan sampah.

Menurut kami, strategi yang sesuai digunakan dalam pemecahan masalah Desa Sungai Tandipah, antara lain:
a.       Penyediaan air bersih seharusnya disediakan di berbagai tempat. Hal ini guna mempermudah masyarakat setempat untuk memperoleh air bersih. Selain itu, penyediaan air bersih ini juga akan dapat mengoptimalkan kesehatan masyarakat setempat.
b.      WC umum hendaknya disediakan minimal satu buah dalam 5 sampai 10  buah rumah warga. Karena, jika WC umum yang tersedia hanya ada di pinggir sungai, maka kualitas air sungai akan terpengaruh. Selain itu, kesehatan masyarakat setempat juga bisa terganggu.
c.       Pemerintah akan memperbaiki jalanan di desa tersebut pada tahun 2013 dengan menggunakan dana APBD Kabupaten Banjar sekitar Rp. 400.000.000,00 dengan panjang area sekitar 4,3 kilometer.
d.      Membangun layanan kesehatan seperti Puskesmas untuk menunjang kesehatan masyarakat desa tersebut.
e.       Disediakannya tempat pembuangan sampah. Hal ini untuk meminimalisir masyarakat desa yang masih membuang sampah ke sungai.
3.5  Tanggapan Penduduk Desa
Ketika kami melakukan survei ke Desa Sungai Tandipah, masyarakat setempat menyambut kami dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan sambutan yang hangat pada saat kami melakukan wawancara kepada Kepala Desa Sungai Tandipah beserta staf dan masyarakat desa tersebut.

BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami himpun adalah secara garis besar pembangunan di Desa Sungai Tandipah sudah mulai bergerak. Dari akses jalan menuju ke desa tersebut yang akan diperbaiki, penyediaan wc umum agar WC  umum tidak lagi berada di bantaran sungai, puskesmas hingga tempat pembuangan sampah. Namun, tentu hal tersebut tidak akan berjalan lancar jika warga desa tersebut tidak ikut berpartisipasi dalam pemeliharaan dan merawat segala pembangunan yang akan dilakukan.
Begitu pula dengan keinginan-keinginan masyarakat Desa Sungai Tandipah. Mereka pada umumnya berkeinginan agar tersedianya air bersih yang sulit diperoleh di desa tersebut. Keinginan ini seharusnya menjadi pusat perhatian pemerintah, baik pemerintah di desa tersebut maupun pemerintah Kabupaten Banjar ataupun pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan.
3.2 Saran
Pesatnya teknologi pada saat ini, telah banyak mengubah pola pikir dan prilaku masyarakat. Sederhana, seperti teknologi alat transportasi. Di zaman sekarang, bukan hal yang aneh lagi jika di setiap rumah warga memiliki sedikitnya satu buah kendaraan bermotor pribadi. Penyebabnya adalah mudahnya proses pembelian kendaraan bermotor serta semakin banyaknya jalan raya yang tersedia. Hal ini tentu tidak salah.
Namun, jika kita mau berpikir ke depan, persepsi masyarakat yang mengharuskan diri mereka memiliki kendaraan bermotor pribadi harus dikaji ulang. Pasalnya, seandainya semua orang berpikir seperti itu betapa padatnya jalan raya yang penuh dengan penggendara kendaraan bermotor pribadi. Untuk itu, kami hanya ingin memberikan saran terhadap masyarakat Desa Sungai Tandipah agar melestarikan penggunaan jukung ataupun kelotok sebagai alat transportasi utama. Tentu, hal ini seiring dengan konsep kota Banjarmasin dan Kalimantan Selatan pada umumnya yang bertujuan untuk menjadikan sungai sebagai urat nadi masyarakat, seperti masyarakat Banjar tempo dulu.
Keinginan kami ini, seharusnya juga di dukung oleh pemerintah. Dengan cara, misalnya, memberikan jukung atau kelotok kepada masyarakat miskin, mempermudah masyarakat desa agar dapat membeli solar dengan harga terjangkau dan lain sebagainya.
3.3 Daftar Pustaka
Rahman, Gazali, 2013. Diktat: Mata Kuliah Pembangunan Desa (MPBC-406). Banjarmasin.
Amin, Adam, 2012. Pengertian Pemerintahan. http://adamaminbahar.blogspot.com/2012/02/pengertian-pemerintahan.html diakses tanggal 30 mei 2013.
Purnama, Bagus, 2012. Pengertian Tentang Desa Menurut Para Ahli dan Pemerintahan Desa.  http://bagusspurnama.blogspot.com/2012/10/pengertian-tentang-desa-menurut.html diakses tanggal 30 mei 2013.
Purwanti, Iga.2013. Desa dan Pemerintahan Desa.  http://igapurwanti-fh10.web.unair.ac.id/artikel_detail-71525-umum-Desa%20dan%20Pemrintahan%20Desa.html diakses tanggal 30 mei 2013.