Kamis, 29 Agustus 2013

Apanya yang Kritik? :)

Sebenarnya, saya gak mau membahas ini. Menurut saya, tulisan saya ini: "Apa Sih Salahnya?" sudah mewakili curhat-an saya tentang orang-orang yang lebih suka "touring Banjarmasin-Banjarbaru-Banjarmasin" dengan cara bersepeda tetapi bersepeda ke kampus tidak dia lakukan.

Namun, di twitternya @biketocampusBJM ada yang nge-mention bahkan juga no-mention. Yang membahas tentang "Indonesia Critical Mass". Saya tahu,tujuan itu agar "mengkritik minimnya fasilitas umum terhadap pesepeda". Ya kan?

Tapi lihat sekarang, di Banjarmasin, apakah "acara setiap jumat terakhir ditiap bulan" itu benar mengkritik?

Saya tidak peduli, jumlah orang yang ikut diacara itu. Banyak atau cuma sendirian, sama saja. Intinya bersepeda keliling kota, kan?

Nah, di sini permasalahan muncul.

Yang selalu jadi bahan pertanyaan saya adalah, kenapa mereka yang ikut acara itu tapi tak bersepeda selain acara itu? Oke, sebagian mungkin ada. Tapi yang lain? Hanya ikut-ikutan. Hanya untuk senang-senangnya.

Simple-nya gini..

Kenapa mau bersepeda pada waktu acara itu tapi enggan bersepeda ke tempat kerja (bagi Anda yang sudah kerja) atau ke sekolah (bagi Anda yang masih pelajar) atau ke kampus (bagi Anda yang masih mahasiswa)?

Lucu, ketika kemarin sore ada yang mention ke twitternya @biketocampusBJM dengan kalimat "sepedanya terlalu 'hedon' untuk dibawa ke kampus" padahal dia (sepertinya) mau ngajak gabung dalam acara itu tadi.

Lucu juga, ketika malam tadi ada yang bertanya tentang "ICM" di Banjarmasin kapan dan kemudian @biketocampusBJM menjawab: "ulun setiap ke kampus adalah ICM".

Mungkin, kalimat "ulun setiap ke kampus adalah ICM" itu kurang bisa mengerti apa makna yang terkandung di dalamnya.

Sederhana, maksudnya, setiap saya bersepeda ke kampus merupakan kritikan terhadap semua mahasiswa yang melihat saya bersepeda ke kampus. Saya kuliah di Unlam Banjarmasin dan saya mengkritik Unlam sekarang yang sudah seperti jalan umum. Dengan cara? Saya sudah setahun lebih bersepeda ke kampus secara rutin (tidak pernah tidak),bikin tulisan dan juga bikin video. Itu yang saya maksud, ICM.

Melanjutkan tentang mention yang masuk dan yang no-mention, sebenarnya yang saya kurang suka adalah mengajak acara yang seperti itu tetapi dalam kesehariannya tidak bersepeda. Tercemin dari kalimat "sepedanya terlalu 'hedon' untuk dibawa ke kampus". Saya memang tidak mengenal orang yang nge-mention itu. Tapi kalau dari kata-katanya, saya asumsikan dia seorang mahasiswa (maaf jika salah). Berarti kan, dia punya sepeda mahal tetapi tak (mau) bersepeda ke kampus. Benar?

Iya, tidak ada yang bisa melarang seseorang untuk suka ikut dalam acara itu. Saya hanya prihatin dengan orang-orang yang suka ikut acara itu ataupun yang suka touring Banjarmasin-Banjarbaru-Banjarmasin tetapi jika dia ke suatu tempat (misal ke tempat kerja, sekolah, kampus dan lain-lain) dia tetap menggunakan kendaraan bermotor pribadi (misal motor atau mobil). Lalu apa gunanya acara ICM itu? Itu sama saja, inginkan lajur sepeda tetapi pas sudah ada lajur sepedanya malah mengendarai kendaraan bermotor di lajur sepeda itu.

Mungkin, benar, saya tidak tahu sejarah acara itu. Saya pesepeda biasa. Sepeda saya, sepeda yang harganya gak sampai 2 juta rupiah. Tapi saya yakin, orang yang mengajak pertama kali membuat acara itu adalah orang-orang yang memang dalam kesehariannya juga bersepeda.

Tulisan ini tak bermaksud untuk mengajak berantem. Bukan maksud itu. Tulisan ini hanya bentuk "kejanggalan" yang saya rasakan. Mengajak untuk ikut Indonesia Critical Mass tapi dalam kesehariannya tidak bersepeda. Apanya yang kritik? :)

- Admin @biketocampusBJM.