Senin, 28 Oktober 2013

Banjarmasin Tidak Ramah untuk Pesepeda dan Pejalan Kaki

Banjarmasin, ibukota Kalimantan Selatan kini sudah menjelma menjadi kota metropolitan, ditandai dengan peningkatan populasi yang tiap tahun kian melonjak, juga pembangunan sarana-sarana pendukung aktifitas publik semakin digalakkan.

Dengan segudang kemajuan yang ditorehkan Banjarmasin, rupanya belum mampu memuaskan seluruh masyarakat kotanya sendiri. Kepengapan, polusi udara, macet dan sumpek, ala kebanyakkan kota metropolitan di Indonesia mereka rasa kan, kian hari kian mengganggu. Ditambah dengan proyek Fly Over Gatot Subroto, semakin memperkeruh keadaan Banjarmasin.

Kota yang tidak lebih besar dari wilayah Jakarta Barat ini juga dirasa tidak ramah untuk pesepeda dan pejalan kaki, golongan “green” ini terkesan dianak tirikan, mereka seperti tidak dianggap dan juga tidak mendapat perhatian lebih dari pemerintah kota. Terbukti dengan tidak adanya sarana pelengkap untuk pesepeda di Banjarmasin, seperti parkir sepeda yang aman. Untuk pejalan kaki, nasib mereka lebih buruk lagi, trotoar-trotoar di Banjarmasin seperti “ogah” dilintasi oleh kaum satu ini, lintasan dengkulers ini rusak dimana-mana, pun ada yang bagus jumlahnya sedikit, itu juga kadang dipakai untuk lapak pedagang kaki lima (PKL), belum lagi pengendara kendaraan bermotor yang egois, memakan lintasan kaum dengkulers.

Sepengetahuan penulis, penggunaan sepeda pada masyarakat Banjarmasin sedang menjadi trend belakangan ini, walau tidak sporadis, sepeda menjadi salah satu pilihan alternatif masyarakat Banjarmasin untuk berpergian. Namun ini belum juga menyadarkan Pemkot untuk memberikan fasilitas yang laik untuk pesepeda, jalur khusus sepeda contohnya. Mungkin Pemkot sudah merasa puas dengan digelarnya car free day (CFD) tiap akhir pekan di Siring, padahal dengan memberlakukan CFD ini Pemkot malah terkesan tidak serius, karena hanya satu lajur saja yang digunakan masyarakat kota Banjarmasin untuk berolahraga, lajur sebelahnya tetap digunakan untuk lalu lalang kendaraan bermotor.

Padahal andaikan, Pemkot serius mengatasi kemacetan di Banjarmasin, tak perlu membangun Fly Over, cukup sediakan jalur khusus sepeda beserta fasilitas penunjangnya, niscaya semakin banyak masyarakat tertarik untuk melakukan aktifitas sehari-hari menggunakan sepeda, bukan lagi kendaraan bermotor. Ini hanya salah satu solusi untuk meredam kemacetan di Banjarmasin yang semakin parah.

Tapi yaaa itu tadi, andaikan serius..

Pertumbuhan kendaraan bermotor di Banjarmasin sendiri sudah membawa dampak yang sangat signifikan, mereka “penyumbang” ketidak-teraturan dan juga sedikit banyak melunturkan ke-estetika-an kota yang berjuluk Kota Bungas ini. Mestinya kaum “green” mendapat porsi perhatian khusus Pemkot Banjarmasin, merekalah pahlawan lingkungan sesungguhnya.

Banjarmasin oh Banjarmasin, kemodernan mu membuat kami kian ripuh…

Hasil copy paste dari sini.  Tenang, sudah minta izin kok. :)

Senin, 21 Oktober 2013

Semakin Banyak Orang Yang Belajar Menyetir, Maka Akan Semakin Macet

Logikanya benar aja kan?

Kalau menurut saya sih, logikanya benar.

Lebar jalan yang tak setiap hari melebar, tapi setiap hari ada saja mobil latihan mengemudi yang lalu lalang di jalan raya.

Seperti apa mobilnya?

Seperti ini:


Kalau dijejerkan, seperti ini:


Saya bisa memahami, saya tahu, hak kalian belajar menyetir. Dan saya juga tahu, jalan raya juga ada hak orang lain.

Pertanyaannya..

Apakah macet adalah ciri khas kota yang disebut kota metropolitan?

Apakah menggunakan kendaraan pribadi setiap hari adalah kebiasaan orang-orang yang tinggal di kota yang disebut  kota metropolitan?

Jika benar seperti itu,

maka saya merindukan masa-masa Banjarmasin yang setiap sebelum saya tidur, saya selalu mendengar suara mesin klotok yang melintas di depan rumah saya.

Saya merindukan masa-masa Banjarmasin yang bagi sebagian besar orang, kendaraan bermotor pribadi seperti sepeda motor dan mobil adalah sebuah barang mewah dan sangat sulit untuk dibeli.

Saya  merindukan masa-masa Banjarmasin yang mayoritas orang-orangnya masih gunakan jukung, klotok ataupun sepeda sebagai alat transportasi utamanya selain berjalan kaki.

Saya memahami, zaman telah berubah.

Dan pasti akan berubah.

Banjarmasin telah tak seribu sungai lagi.

Untuk Mahasiswa Banjarmasin


Jumat, 11 Oktober 2013

Perbedaan Akun Twitter Gubernur Kalimantan Selatan dengan Akun Twitter Walikota Bandung

 

Yang di atas adalah akun twitter gubernur Kalimantan Selatan yang merupakan tweet tanggal 24 september 2013. Sedangkan, yang di bawah adalah akun twitter walikota Bandung yang merupakan tweet tanggal 11 oktober 2013.

Bisa memahami, apa perbedaannya? :(

Update! 

Setelah saya mention akun gubernur Kalimantan Selatan, kemudian beliau membalas seperti ini:


Setelah itu, saya kemudian membalas lagi..

Lalu akun gubernur Kalimantan Selatan, membalas..


Bagi yang ga ngerti apa itu "menggaduhi urang", "menggaduhi urang" bisa diartikan "ngurusin orang lain".

Saya kecewa dengan balasan beliau yang terakhir.

Maksud saya bukan "ngurusin orang lain", tapi ingin menunjukan perbedaan antara dua akun tersebut. Apakah itu termasuk "ngurusin orang lain"?

Sama saja kan, ketika ada orang lain berbuat perbuatan positif kemudian saya memberitahukan kepada teman saya bahwa orang tersebut telah berbuat perbuatan positif. Tujuannya, agar teman saya ini tahu dan mungkin saja membuat teman saya ini melakukan hal yang sama dengan apa yang saya ceritakan kepada teman saya itu. Salahkah?

Jika yang saya ceritakan  kepada teman saya itu adalah pebuatan yang negatif, menurut saya, itulah yang namanya "ngurusin orang lain".

Apakah saya yang salah?

Mungkin.

Maaf bah,  bukan maksud ulun membanding-bandingkan pian dengan orang lain. Tapi, bukankah kritiknya itu boleh?

Senin, 07 Oktober 2013

Prinsip

Dua prinsip sederhana yang mulai dan akan terus saya praktikkan.

1. Jika ada orang lain berkomentar tentang saya dan komentar itu memang benar adanya (sesuai dengan kenyataannya), maka yang akan saya lakukan adalah introspeksi diri.

2. Jika ada orang lain berkomentar tentang saya dan komentar itu memang mengada-ada (tidak sesuai dengan kenyataannya), maka yang akan saya lakukan adalah tidak menanggapi.

Jumat, 04 Oktober 2013

Kompilasi Foto-Foto Trotoar di Banjarmasin

Langsung saja, biarkan foto yang berbicara:

1. Foto pembukaan

Jalan S. Parman
2. Trotoar atau tempat pembuangan sampah?

Jalan S. Parman
3. Ini gimana lewatnya ya?

Jalan S. Parman
4. Mungkin, ini ya penyebab kenapa sekarang jarang orang Banjarmasin yang berjalan kaki.

Jalan S Parman
5. Lagi, ini trotoar atau tempat pembuangan sampah?

Jalan S. Parman
6. Membahayakan!

Jembatan Pangeran

7.Di mana trotoarnya?

Jalan Hasan Basri
8. Pernah melihat trotoar yang berbentuk pasir dan berbatuan? Tuh, di Banjarmasin ada.

Jalan Hasan Basri
9. Bukti saya berjalan kaki :)

Jalan Hasan Basri
10. Tampak dari depan.

Jalan Hasan Basri
11. Tampak dari atas.

Jalan Hasan Basri

12. Trotoar menuju Universitas Lambung Mangkurat.

Jalan Hasan Basri
13. Suasana di kawasan Universitas Lambung Mangkurat.

Kawasan Unlam Banjarmasin
14. Depan gedung Sultan Suriansyah.

Jalan Hasan Basri
15. Ah sudah biasa.

Jalan Hasan Basri
16. Permisi.

Jalan Hasan Basri
17. Hmm.

Jalan Hasan Basri
18. Masih belum bosan kan, melihat trotoar yang seperti ini?

Jalan Hasan Basri
19. Lumayan, lah.

Jalan Hasan Basri
20. Yah, ternyata di depan seperti ini.

Jalan Hasan Basri
21. Hehe.

Jalan S. Parman
22. Sekedar info aja sih, dulu sempat bersekolah dasar di sini. Iya, sempat.

Jalan S. Parman
23. Ini motret trotoar atau..

Jalan S. Parman
24. Udah ga ada kata-kata lagi.

Jalan S. Parman
25. Tuh yang mau nyewa baju toga. *salah fokus*

Jalan S. Parman
26. Di Banjarmasin, trotoar itu serbaguna.

Jalan S. Parman
27. Model di tengah trotoar.

Jalan S. Parman
28. Pejalan kaki mesti berjalan zig-zag.

Jalan S. Parman
29. Pernah melihat trotoar yang bentuknya miring? Di Banjarmasin, ada loh.

Jalan Perintis Kemerdekaan
30. Bagi yang merasa itu mobil Anda, selamat telah masuk ke blog saya. :)

Jalan Perintis Kemerdekaan
31. Ga salah kok. Namanya juga usaha. Kan sudah dibilang, trotoar di Banjarmasin itu serbaguna. :)

Jalan Perintis Kemerdekaan
32.Yah, gimana lewatnya nih? :(

Jalan Perintis Kemerdekaan
33. Ya gitu deh.

Jalan Sulawesi
34. Akhirnya, foto terakhir. :)

Jalan Sulawesi
Foto-foto di atas adalah foto yang saya ambil fotonya pada pagi hingga siang tadi. Foto-foto di atas juga masih berhubungan dengan postingan saya sebelumnya yang berjudul "Saya Berjalan Kaki Dari Pasar Lama Menuju Unlam Banjarmasin Secara Pulang Pergi". Yap, itulah trotoar-trotoar yang saya lalui. Next, mungkin, akan ditambah lagi foto-foto trotoar di Banjarmasin di jalan yang berbeda dengan jalur jalan saya berjalan kaki.

Terakhir nih,  pernahkah Anda memperhatikan kalau trotoar di Banjarmasin seperti foto-foto di atas? Hehe. :)

UPDATE!

Hari ini, tanggal 22 oktober 2013, ternyata ada keluhan masyarakat Banjarmasin tentang trotoar di Banjarmasin di koran Metro Banjar. Ntah, apakah oang yang mengirimkan SMS tersebut adalah orang yang telah melihat dan membaca postingan ini atau tidak. Yang terpenting, trotoar memang harus diperhatikan. Bukan cuma menjadi solokan tapi juga untuk pejalan kaki agar tak perlu lagi berjalan kaki di atas aspal. :)