Minggu, 23 Februari 2014

Bingung, Mau Ngasih Judul Apa..

Timeline di Twitter aku memang sekarang lebih adem dan damai tanpa tweet-tweet dari kamu. Tapi, tetap, masih sulit untuk melupakanmu.

Bagaimana bisa melupakanmu, jika ke suatu tempat teringat, aku teringat kamu. Seperti, jumat malam kemarin. Pas menonton bareng pertandingan Arema Cronus melawan Barito Putera di Gor Hasanuddin. Siapa yang menang? Ga perlu dibahas. intinya, di sana, penuh dengan orang-orang yang merokok. Lalu disaat itupula aku ingat denganmu. Aku ingat perkataanmu disaat kamu tidak menonton Sheila On 7, yang padahal tempatnya dikampus kamu. Alasannya cuma sederhana, katamu "aku tidak nonton, karena ga tahan dengan asap rokok". Memang situasinya, beda waktu, beda tempat dan beda keadaan. Tapi ada kesamaan. Sama-sama berada dalam satu waktu, satu tempat dan satu keadaan yang dimana orang-orang banyak yang merokok.

Masih tentang rokok. Di kampus, ah, kamu pasti tahu siapa yang aku maksud siapa. Iya, orang itu. Entahlah, aku tidak tahu apakah kamu masih berhubungan dengan dia atau sudah selesai. Aku mencoba untuk tidak peduli tentang hubungan kalian. Yang aku pedulikan, ketidaksukaan kamu dengan asap rokok itu tadi. Aku tahu, kamu tahu, dia perokok. Bukan maksud apa-apa, aku menulis tentang ini. Hanya secercah harapan, agar dia mau berhenti merokok. Klise, dia bisa berhenti merokok karena kamu. Aku berharap begitu.

Orang itu, lelaki itu, aku akan selalu bertemu dengannya jika berada di kampus. Terlebih lagi, jika sedang kuliah. Terutama, semester ini. Kembali, aku mencoba untuk tidak peduli tentang hubungan kalian. Tapi apa daya. Semenjak hari itu, hari di mana kamu mengembalikan novel 5 cm. Aku berjalan dari arah masjid, ternyata kamu sedang bersamanya. Jujur, saat itu sakit. Sakit itu terakumulasi terus-menerus, jika aku melihat dia, bertemu dia. Yang seperti ini, apa namanya? Belum bisa move on? Bisa jadi. Apapun namanya, aku hanya ingin jujur melalui tulisan ini.

Melupakanmu, perlu proses, perlu waktu, perlu upaya yang keras untuk bisa. Di Twitter, kita tidak saling follow lagi. Di Instagram, juga. Di BBM, aku sudah hapus contact kita. Jam tangan pemberianmu, sudah ada penggantinya. Kini, jam tangan itu di dalam kotak jam tangan. Tapi, sepertinya, belum cukup. Gantungan kunci pemberianmu, masih aku pakai. Kemanapun, jika aku bersepeda, gantungan kunci itu selalu menemani. Surat-surat itu, foto-foto itu, semua yang kamu beri pas ulang tahunku, 3 tahun yang lalu, masih ada. Terpikir untuk membuang semuanya, tapi kemudian selalu terpikir untuk disimpan saja. No HP, masih no HP dar pemberianmu. Alamat email aku juga masih berhubungan kita dulu. Jika kamu ingat, nama panggilan aku ke kamu dan kamu ke aku, itulah alamat email nya. Pengen sih mengubah, tapi belum bisa. Selain itu, tanda tangan aku ada unsur kamu. Untuk tanda tangan, kayanya ga bakalan diganti. Tapi untuk benda-benda pemberian darimu dan alamat email itu tadi, masih ada kemungkinan untuk disingkirkan.

Tekadku sekarang, berjalan terus ke depan. Yang ku tuju, ke depan. Sesekali, mungkin juga harus menegok ke belakang, namun, tetap, yang ku tuju, ke depan. Sulit memang. Tapi harus ku jalani.

Sabtu, 22 Februari 2014

Keren Tanpa Rokok!

Remaja, merokok.

Dewasa, merokok.

Laki-laki. merokok.

Wanita, merokok.

Banci, merokok.

Siswa, merokok.

Siswi, merokok.

Guru, merokok.

Mahasiswa, merokok.

Mahasiswi, merokok.

Dosen, merokok.

Yang bekerja di kantor, merokok.

Yang bekerja di pabrik, merokok.

Yang bekerja di pasar, merokok.

Penyanyi, merokok.

Aktor, merokok.

Aktris, merokok.

Seniman, merokok.

 Pengangguran, merokok.

Orang kaya, merokok.

Orang miskin, merokok.

Pengusaha, merokok.

Pejabat, merokok.

Rakyat, merokok.

Yang bertitel S3, merokok.

Yang tak tamat SD, merokok.

Di dalam ruangan ber-ac, merokok.

Di toilet, merokok.

Di pasar, merokok.

 Di mall, merokok.

Di restoran, merokok.

Di warung, merokok.

Sedang menunggu, merokok.

Sebelum makan, merokok.

Sesudah makan, merokok.

Sambil berjalan kaki, merokok.

Sambil bersepeda, merokok.

Sambil mengendarai kendaraan bermotor, merokok.

Sambil minum kopi, merokok.

Sambil menonton tv, merokok.

Sambil mendengarkan radio, merokok.

Sambil menyaksikan pertandingan olahraga, merokok.

Sambil bekerja, merokok.

Sedang menganggur, merokok.

Tidurpun, bermimpi merokok.

Hingga, tidur selamanya, karena merokok.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------Hanya ada satu tipe orang yang tidak merokok, yaitu orang keren.




Selasa, 04 Februari 2014

Akibat Menonton Acara Mario Teguh Golden Ways

Minggu malam kemarin, aku sengaja stand by  di depan tv menunggu episode Mario Teguh Golden Ways yang ini.

Yang belum nonton, silakan tonton di sini:

Episode ini membuatku berpikir, "iya ya, harusnya aku..".

Hingga akhirnya, sehari setelah itu, aku lakukan sesuatu yang padahal sudah terpikir untuk melakukan hal itu di tahun kemaren. Yaitu, nge-block akun twitter yang selama ini menjadi subyek di label kamu pada blog ini. Karena tujuannya hanya untuk dia tidak follow aku dan tidak juga tidak follow dia, jadinya setelah blocked, aku langsung unblock. Tujuannya, agar aku tidak melihat lagi tweet-tweet dia di linimasaku. Dan sebaliknya. Oh ya, akun dia berstatus privat, jadinya agak susah stalking-nya. Agak susah, berarti masih bisa. Iya, tapi aku berusaha untuk saat ini dan saat-saat mendatang untuk tidak lagi kepo.

Tahun ini, masuk tahun ke empat. Dan tidak banyak yang berubah dengan tahun pertama. Untuk itu, aku lakukan itu.

Semoga, langkah ini benar.

Dan dilanjutkan, langkah-langkah lainnya.

Memang sulit, tapi harus bisa.

Ini proses aku.

Ini cara aku.

Berbeda denganmu, begitu kita putus hubungan, kamu langsung mem-blacklist segala yang berhubungan denganku. Aku masih ingat itu. Akun twitter, blocked. Akun facebook, blocked. Kamu ganti nomor handphone. Bahkan, bertegur sapa di tempat bimbingan belajar saja enggan.

Kini, aku akan melakukan seperti yang kamu lakukan.

Secara bertahap.

Ingin sebenarnya, langsung semua. Tapi, masih belum siap 100%.

Semoga bisa 100%.