Minggu, 30 November 2014

6-9 Desember 2013

Ini cerita tahun lalu. Secara singkat, ceritanya sudah ada di postingan Terimakasih, Tahun 2013. Postingan ini cuma ingin berbagi cerita dan supaya daya ingat saya tentang peristiwa-peristiwa di 6-9 Desember 2013 serta sebelum tanggal itu, tidak cepat hilang. Jadi, kalau suatu saat nanti saya lupa, jadinya bisa baca postingan ini. :D

Jauh sebelum 6-9 Desember 2013, pertenggahan Juli, bertepatan bulan ramadan, saya dan teman sekampus saya (@seint8), berkeinginan travelling ke Pulau Jawa. Sebenarnya sih, sejak lama sudah kepengen banget jalan-jalan nyeberang pulau. Saya pribadi, sudah lama tidak ke Pulau Jawa. Terakhir, 11-12 Mei 2011. Semoga setelah postingan ini, ada postingan 11-12 Mei 2011. Tergantung suasana hati.

Kembali tentang 6-9 Desember 2013.

Seperti yang sudah saya sampaikan di postingan Terimakasih, Tahun 2013, 6-9 Desember 2013 itu saya memperoleh tiket promo pesawat. Kalau Anda suka travelling, tentu sudah tahu promo mana yang saya peroleh. Pulang-pergi Banjarmasin-Jakarta cuma Rp110.000. Jadi, sekali terbang, cuma Rp55.000 aja. Dan itu sudah termasuk biaya bagasi 15 Kg. Murah kan? Makanya, bagi saya, perlu ada postingan ini untuk mengingat dan menyimpan ingatan-ingatan yang berhubungan dengan 6-9 Desember 2013.


Buktinya
Testimoni
Di postingan Terimakasih, Tahun 2013, sudah saya sampaikan, pengennya sih sendirian ke Jakarta selama 4 hari 3 malam itu. Tapi karena saya adalah anak tunggal dan orang tua agak khawatir anaknya ini kenapa-kenapa di Jakarta, jadinya abah saya ikut. Tapi, abah saya membeli tiket dengan harga normal. Mungkin, inilah pengorbanan orang tua kepada anaknya.

Sebelum mendapatkan tiket promo itu, sebenarnya ada niatan bersama @seint8 untuk ke Pulau Jawa dengan menggunakan kapal laut. Kemudian, karena ada promo itu, jadinya kami tidak jadi. Sebenarnya, saya juga ingin mengajak dia untuk bareng ke Jakarta, tapi karena alasannya tanggal berangkatnya pas kuliah, jadinya dia tidak ikut. *ini kalau urangnya membaca, pasti kehimungan nih*

Kembali lagi ke cerita 6-9 Desember 2013.

Kira-kira sebulan sebelum saya dan abah saya ke Jakarta, saya sudah gencar mencari tahu tentang bagaimana saya dan abah saya hidup selama di sana. Dari tentang penginapan, rute transjakarta, dan tempat-tempat yang ingin saya tuju. Karena abah saya ikut cuma sebagai pendamping, jadi ngikut aja. Syukurnya, sekarang informasi-informasi yang semua tentang itu, dengan gampang diperoleh. Cukup googling. Dari hasil googling itulah, saya memperoleh tempat penginapan yang bagi saya murah dan dekat ke tempat-tempat yang saya ingin tuju. Sedikit review tentang penginapan kami, ada di Terimakasih, Tahun 2013.

Jadi, sebelum berangkat, tempat-tempat yang saya ingin tuju adalah:
1. Parkir Timur Senayan. Itu tujuan utama. Bahkan, memang sengaja memilih 6-9 Desember 2013 karena untuk ke sana. Yap, 5-8 Desember 2013 ada acara Jakcloth Year End Sale.
2. Kota Tua. Lebih spesifiknya lagi, Museum Fatahilah. Kenapa? Karena sudah 3 kali saya ke Jakarta, dan saya belum pernah ke sana. Memang sih, 3 kali ke Jakarta itu bukan murni liburan. Yang pertama, ke Jakarta ngikut tetangga. Yang kedua, dalam rangka tur wisata religi. Yang ketiga, hmmm.. nanti deh diceritakan di postingan selanjutnya. Hehe.

Cuma 2 tempat itu yang benar-benar saya tuju. Untuk ukuran 4 hari 3 malam, mungkin itu terbilang sedikit. Sengaja, jadi sisanya terserah kaki mau kemana nantinya pas di Jakarta.


Apalagi yaa.. Kayanya cukup cerita-cerita sebelum 6-9 Desember 2013. Saatnya, ceritanya per hari.

6 Desember 2013.

Hari itu adalah hari jumat. Jam keberangkatannya pukul 15.50 Wita. Dan, pagi harinya, pukul 8.00-10.00 Wita saya ada kuliah. Setelah kuliah, saya langsung pulang. Sekitar, pukul 11.15 Wita saya sudah berada di dalam taksi bersama abah saya dan dua tas ransel menuju ke Bandara Syamsuddin Noor. Pasti berpikiran, "cepat amat ke bandara". Iya, sampai di bandara, saya juga berpikiran seperti itu. Maklumi saja, kami baru pertama kali berpetulangan sendiri. Agak parno kalau ketinggalan pesawat. Alhasil, sesampainya di bandara, sekitar pukul 12.00 Wita dan kami jumatan di masjid bandara.

Bandara Syamsuddin Noor Banjarbaru
Setelah jumatan, jadinya kami hanya duduk-duduk sambil menantikan keberangkatan. Ada insiden kecil di saat itu. Saya kehilangan sarung kameranya @seint8. Iya, saya minjam kamera digital dia. Tapi belakangan, pas di Jakarta, malah lebih sering memakai kamera ponsel saya. Maafkan saya, teman. *maginnya kehimungan urangnya*

Sempat bingung, karena tidak ada informasi tentang "kapan kami bisa masuk ke dalam bandara". Jadinya, dengan sedikit insting dan memperhatikan orang-orang yang masuk ke dalam, sekitar pukul 14.15 Wita, kami masuk ke dalam untuk check in. Ini adalah tahap pertama kami menuju "kemandirian dalam berlibur".

Sekitar satu setengah jam kami menunggu di ruang tunggu, ada pengumuman kalau pesawat kami siap untuk diterbangkan. Dan benar, setelah dicek di jam tangan, pukul 15.50 Wita pesawat kami terbang. Tepat waktu!

Ini adalah pengalaman saya ketiga naik pesawat. Yang pertama, samping tempat duduk saya adalah mama saya. Yang kedua, samping saya adalah perempuan yang baru dikenal beberapa jam sebelum berangkat dan orang dari "sponsor konser musik". Jadi, selain pengalaman ketiga, ini juga pengalaman pertama terbang bersama abah. Kalau abah saya, ini pengalaman kedua. Yang pertama, pas abah dan mama saya terbang menuju Arab Saudi pas musim haji.

Sebelum take off
Secara garis besar, di dalam pesawat, cukup tenang dan tidak ada permasalahan yang berarti. Permasalahan malah terjadi terhadap saya pribadi. Saya bermasalah dengan gigi saya yang banyak berlubang. Belakangan, saya baru tahu, kalau gigi berlubang akan berdampak dengan kebisingan yang terjadi pas di dalam penerbangan. Lumayan sakit pada telinga saya.

Pesawat semakin mendekati wilayah DKI Jakarta. Sang kapten memberikan informasi, kalau di Jakarta, ada hujan lebat. Dan terbukti, kami mendarat dalam keadaan hujan lebat. Syukurlah, pendaratannya mulus.

Negeri di atas awan
Saya agak lupa kapan persisnya kami mendarat, tapi yang pasti, setelah kami keluar dari ruang kedatangan Bandara Soekarno-Hatta, tempat yang pertama kami tuju adalah musshola yang terletak di depan terminal 1c. Seingat saya, kami salat ashar di sana. Yang saya ingat persis adalah, kami naik bus damri menuju Stasiun Gambir sebelum azan maghrib berkumandang. Mungkin, sekitar pukul 18.00 Wib.

Ini di ruang tunggu bus damri
 Sekitar pukul 19.00, kami sampai di Stasiun Gambir. Kemudian kami berlanjut ke Jalan Jaksa, tempat kami menginap. Tahukah kami menumpang apa? Bajaj! 20 menit dalam bajaj, sampailah kami di Jalan Jaksa. Oh ya, saya belum memberikan gambaran keadaan cuaca saat itu. Intinya, dari saya mendarat di Bandara Soetta sampai kami di Jalan Jaksa, keadaannya masih hujan.


Bajaj kami
Karena kami pertama kali berada di Jalan Jaksa, jadinya kami minta dijemput oleh pemilik penginapannya. Kami ketemuan di salah satu minimarket yang terkenal. Ah, yang pasti minimarket ini belum ada di Banjarmasin dan kemungkinan hadir di Banjarmasin juga kecil. Karena ini minimarket "internasional".

Pukul 19.40, kami sudah berada di dalam penginapan. Sayangnya, saya tidak ada foto keadaan di dalam penginapannya. Tapi saya merekomendasikan penginapan ini. Review singkatnya ada di postingan Terimakasih, Tahun 2013.

Di postingan Terimakasih, Tahun 2013, saya sudah menceritakan, kalau saya ke Jakcloth itu ingin menonton Pee Wee Gaskins secara langsung. Sayangnya, ternyata jadwal mereka tampil adalah hari kedatangan saya di Jakarta. Sebenarnya, masih keburu sih, tapi saya putuskan tidak ke Jakcloth pada malam itu. Alasannya, karena kami baru pertama kali berada di Jakarta berdua, tanpa ada rombongan lain, jadinya agak takut dengan pulangnya. Takut kalau tidak ada angkutan umum yang masih beroperasi. Karena prediksi saya, kalau pulang dari situ, mungkin sekitar pukul 22.00 Wib. Dan sedikit penyesalan, ketika di malam terakhir saya di Jakarta, saya pulang dari Jakcloth sekitar pukul 22.30 Wib, dan masih ada angkutan umum. Ya sih, angkutan umumnya berbentuk taksi. *bukan taksi kuning* *ini benar-benar taksi*

Karena malam pertama kami tidak ke Jakcloth, jadinya kami keluar dari penginapan sekitar pukul 20.00 Wib dengan tujuan Bundaran HI. Kaki kami ngasal aja, melangkahnya. Sambil mengingat jalan-jalan yang kami lalui. Suasanya, masih dalam keadaaan gerimis. Kami melangkah hanya mengikuti jalan besar yang mengarah ke Jalan HM Tamrin. Singkat kata, sampai di Bundaran HI sekitar 30 menit berjalan kaki. Lumayan jauh juga.

*padahal ada fotonya, tapi kualitas fotonya tidak pantas untuk diposting, jadinya diurungkan untuk memposting foto di saat di Bundaran HI*

Sudah puas melihat  Bundaraan HI dan lampu-lampu di gedung-gedung di sekitaran Bundaran HI, kami kemudian pulang ke penginapan sambil mencari makan. Terakhir makan, seingat saya sebelum berangkat ke Bandara Syamsuddin Noor. Jadi sudah hampir 10 jam tidak makan. Kalau ngemil, selalu.

Kami mencari nasi goreng pinggiran jalan. Sengaja sih, biar tahu rasanya gimana rasanya nasi goreng di pinggiran jalan di Jakarta. Lupa nama jalannya. Soal rasa, enak. Harga? Standardlah. seporsinya, 12 Ribu sudah dengan tes hangat.

Dan jalan pulang kami tidak sama dengan jalan perginya. Sebenarnya, itu agak kesasar sih. Tapi, karena ada google map, jadinya kebantu banget. Dengan jalan yang dilalui berbeda, setidaknya jadi tahu dengan suasana di berbeda jalan. Jadi, jangan takut kesasar pada waktu travelling, selama ada google map, ataupun jika tidak ada, selama ada orang-orang lain di sekitaran kita, kita bisa bertanya kepada orang-orang tersebut. Dan jika tidak juga orang lain, jangan panik. Nikmati aja, kesasar itu. Kesasar adalah bentuk takdir untuk mengenal jalan baru untuk kita. Kalau tidak pernah kesasar, berarti kita tidak pernah juga mengenal jalan-jalan yang belum pernah kita lalui sebelumnya. Selama kita bisa berpikiran positif, pasti akan ketemu kembali jalan yang benar.

Dengan bantuan google map dan insting, sekitar hampir pukul 22.00 Wib, kami sampai di penginapan. Lumayan juga, yang dilewati jalannya. Tempat-tempat yang di Banjarmasin tidak ada, tapi pas di sana, kami lewati. Salah satunya, tempat yang diizinkan secara legal, menjual beer. Kalau di Banjarmasin ada sih, tapi kalau di sini tempatnya layaknya tempat hiburan malam, kalau di sana, layaknya tempat nongkrong.

Oh ya, kami belum mandi selama di Jakarta. Jadi, sesampainya di penginapan, kami mandi. Kalau di rumah, pakai selang, kalau di penginapan pakai shower. Haha.

Cerita 6 Desember 2013nya diakhiri dengan tidur kedinginan. Maklum, tidak terbiasa tidur dengan AC dalam keadaan hidup.

7 Desember 2013.

Pagi sekali, saya bangun. Sekitar pukul 4.00 Wib saya terbangun, karena mendengar rekaman suara ngaji di masjid. Ini kalau di rumah, ga bakalan kebangun, meskipun di dekat rumah ada mussola.

Hari itu, kami keluar dari penginapan pukul 6.00 Wib. Memang sengaja menikmati, "bagaimana sih suasana paginya di Jakarta?". Dengan rute yang berbeda lagi dengan malam tadi, kami menuju ke jalan HM Tamrin dengan arahan pemilik penginapan sebelum kami berangkat.

Di perjalanan, kami singgah dulu ke minimarket yang kalau diartikan "tujuh sebelas" untuk mengisi perut. Enak juga, roti yang dijual di sana.

Selalu suka dengan foto ini :D

Jakarta masih sepi
Lagi, ini pertama kalinya ke tugu Monumen Nasional tanpa rombongan. Sebenarnya, ingin naik ke tugu Monas, tapi sepertinya tidak bisa. Entahlah, saya tidak tahu alasannya. Mungkin karena ada acara kirap kereta kencana pada waktu itu. Ini sebuah keberuntungan yang pertama. Kami datang di saat ada acara seperti itu.

Kereta kencana
Setelah puas berkeliling kawasan Monas dan sempat beli mie cup berserta kopi yang harganya liwar dilarangi, kami putuskan ke Kota Tua sekitar pukul 8.00 Wib. Pengalaman pertama kami naik transjakarta, diwarnai teguran dari petugas transjakarta. "maaf, ini untuk khusus wanita. Untuk pria di belakang". Gara-gara ini, setiap naik transjakarta lagi, tidak pernah masuk dari pintu depan.

Kayanya ga sampai 20 menit, sudah sampai di Kota Tua. Halte transjakarta di Kota Tua cukup merasa saya terkagum-kagum. Keren aja, mesti lewat terowongan untuk keluar dari halte itu.

Sempat bingung, setelah keluar dari halte. Malah kesasar ke Pasar Asemka (waktu itu tidak tahu nama pasarnya, tapi sekarang jadi tahu setelah googling). Kali ini, tidak menggunakan google map, jadinya murni menggunakan insting sekaligus menikmati keadaan tersesat itu.

Mungkin sekitar 30 menit kesasar, baru ketemu Museum Fatahillah Tempat yang sebelum itu hanya bisa melihat dari layar televisi, sekarang berada di sana. unfortunately, saat itu Museum Fatahillah di renovasi. Yah, jadinya rencana mau masuk ke museum itu gagal. Tapi tidak apa-apa. Setidaknya, sudah pernah ke Kawasan Kota Tua.

Di sudut Kota Tua
Entah antara karena terlalu bersemangat untuk liburan dan malas memotret, jadinya hanya sedikit foto saat kami di kawasan tersebut. Namun, sebelum ke tempat selanjutnya, kami menyepatkan untuk masuk ke Stasiun Kereta Api di sana. Suka banget dengan arsitektur bangunannya. Bangunan lawas yang masih terjaga, keasliannya.

:D
Sejam puas di sana, kami putuskan untuk ke tempat selanjutnya. Ke Parkir Timur Senayan. Ke Jakcloth. Sebenarnya, itu kepagian sih ke sana, tapi ya gini deh kalau rencana masuk ke museum gagal.
Sekitar pukul 10.30 Wib, kami sudah berada di Senayan. Wow, dari halte sudah kelihatan stadion yang dibanggakan-banggakan itu. Stadion Gelora Bung Karno. Tempat di mana, kalau pas Timnas Indonesia main di situ, dan kita yang melihat di layar televisi, kita merinding melihat antusias penontonnya. Terlebih lagi, pas menyanyikan lagu Indonesia Raya. Ah, suatu saat saya harus berada di sana disaat Timnas Indonesia berlaga!

Selanjutnya, harus masuk ke dalam!
Karena masih dirasa kepagian untuk masuk ke Jakcloth, jadi kami keliling-keliling di Senayan. Yang jelas, hampir seluruh sudut Senayan, sudah kami kelilingi. Hingga pada akhirnya, karena cuacanya yang cukup hot, pukul 11.30 kami masuk ke salah satu mall untuk ngadem. Awalnya, saya ga ngeh, tapi setelah masuk, ternyata di dalam mall itu ada teater JKT48.

Ga terlalu rami
Sekitar sejam setengah kami menikmati suasana dalam mall. Setelah membeli sabun mandi (iya, 2 kali mandi di penginapan kami mandi tidak menggunakan sabun mandi) dan roti dan minuman yang kalau di Banjarmasin juga merupakan tempat favorit saya untuk membeli roti.

Mungkin, jika tidak salah, tepat pukul 14.00 Wib, kami masuk ke Jakcloth. Saat itu, suasana tidak terlalu penuh dengan manusia-manusia pencari diskonan. Booth pertama yang saya tuju adalah Damn! I Love Indonesia. Selain, memang teman saya ada yang nitip baju D!LI, saya juga mau beli kaos polo di situ. Selanjutnya, ke booth Void, di sana saya membeli windbreaker straight edge. Itu adalah merch pertama saya yang berbau sXe. Beranjak ke booth selanjutnya. Yaitu, ke booth Shinning Bright. Tempatnya lumayan jauh dari booth pertama dan kedua tadi. Pas nyampe di boothnya pun, ternyata barang-barangnya belum ada. Sempat nunggu. Dan, ketika sudah ada barang-barangnya, booth dibuka. Penuh dengan manusia-manusia yang ingin beli produk SB. Penuh banget. Hampir aja, barang yang diinginkan teman saya masih ada. Ya walaupun, anggapannya itu adalah barang sisa. Soalnya, baru banget dibuka, sudah diserbu oleh manusia-manusia. Jadinya, kebagian sisanya aja.

Saya cuma membeli dua produk, satu kaos polo dan satunya lagi windbreaker di sana. Sedangkan, ada dua teman yang nitip beliin. Satu orang nitip kaos raglan, satu orang nitip topi dan longsleeve. Sebenarnya, masih kepengen belanja-belanja, tapi faktor sudah kelelahan dan memang dari Banjarmasin hanya inginkan dua produk itu, jadinya setelah semua produk sudah dibeli, kami beristrirahat di Kawasan Jakcloth itu.

Cukup lama kami di sana. Pokoknya, kami salat maghrib pun di sana. Memang, saya menunggu penampilan Killing Me Inside waktu itu. Kalau di rundown, katanya pukul 19.30 Wib. Jadinya, setelah salat, kami langsung menuju panggungnya. Ternyata, tidak sesuai dengan rundown. Ah, singkat kata, karena malas menunggu ditambah lagi takut kalau pulangnya tidak ada anggkutan umum, jadinya kami putuskan untuk pulang saja. Oh ya, saya belum menggambarkan suasana manusia di sana. Parah! Penuh banget. Faktor malam minggu sih. Ditambah pula, band-band yang tampil di malam itu, cukup beragam.

Singkat kata, sekitar pukul 21.00 Wib, kami sudah berada di halte transjakarta Sarinah. Iya, halte Sarinah adalah halte transjakarta terdekat dari penginapan saya. Hanya 15-20 menit dari penginapan. Sebelum ke penginapan, kami makan malam dulu di salah satu tempat makan cepat saji di Sarinah.

Pukul 22.00 Wib, kami sudah di penginapan. Ah, pengalaman yang luar biasa di hari itu. Luar biasa menyenangkan dan melelahkan. Mungkin sebuah kesalahan juga, karena saya menggunakan sepatu. Dan sepanjang hari itu, kami kebanyakan jalan kaki. Jadinya, kaki agak kaku selama hari itu. Selanjutnya kalau ada kesempatan travelling lagi, membawa sandal adalah sebuah pertimbangan.

8 Desember 2013.

Yeah, ini hari minggu. Memilih pulang di hari senin, karena saya ingin merasakan suasana car free day di Jakarta. Sama seperti di hari sebelumnya, kami keluar dari penginapan di hari itu sekitar pukul 6.00 Wib. Dan lagi, kami melalui jalan yang baru lagi. Tidak sama dengan sehari sebelumnya. Kali ini, kami memilih jalan yang menuju Stasiun Gambir. Masih menggunakan insting tanpa google map, akhirnya sampai juga di sana. Mengapa ke Stasiun Gambir? Karena kami ingin mempertimbangkan, apakah keesokkan harinya cukup berjalan kaki saja atau menggunakan bajaj lagi menuju Stasiun Gambir. Setelah sampai, maka dipikir-pikir lebih baik besok menggunakan bajaj saja. Dengan mempertimbangkan, barang bawaan. Kalau cuma berjalan kaki tanpa membawa barang bawaan, berjalan kaki lebih dianjurkan.

Setelah dari Stasiun Gambir, maka kami putuskan ke kawasan Monumen Nasional. Banyak manusia di sana. Tidak cuma sekedar berfoto-foto, tapi juga menjadikan lapangan kosong di sana menjadi tempat bermain mereka. Ah, asik banget! Coba aja, di Banjarmasin ada tempat seperti itu, pikir saya di selama di sana.

Banjarmasin harus ada tempat seperti ini!
Karena sehari sebelumnya, merasakan kaku pada kaki karena terlalu sering berjalan kaki dan terkesan terburu-buru, hari itu kami berjalan lebih santai. Hingga siang, kami hanya berkeliling di sekitaran Monas. Sesambil juga, jajan makanan yang jarang ada di Banjarmasin. Termasuk kerak telor? Tidak. Padahal, banyak orang yang menjual makanan khas Betawi tersebut, tapi dengan alasan "muka penjualnya ga ada muka betawinya", jadi kami belum pernah makan kerak telor di Jakarta. Kalau di Banjarmasin sih sudah pernah.

Satu diantara jajanan yang hingga sekarang masih pengen untuk mencicipi adalah es selendang mayang. Oh ya, saya belum bercerita, kebanyakan jajanan yang saya beli di sana, berbentuk es. Faktor keadaannya yang panas dan juga memang belum pernah mencicipi sebelumnya. Selain es selendang mayang, es doger juga saya coba. Sebenarnya ada satu lagi, tapi lupa namanya. Dari semua itu, es selendang mayang yang paling pengen beli lagi.

sumber: http://ensiklopediaindonesia.com
Tentang car free day di Jakarta, saya pribadi kagum. Meskipun jam telah menunjukkan 11.00 Wib, tapi jalan HM Tamrin masih ditutup untuk kendaraan bermotor. Padahal, sudah jarang orang yang berolahraga di jalan tersebut. Kalau dibandingkan dengan car free day di Banjarmasin, di sini namanya saja car free day tapi car tidak free di day minggu. Satu sisi, jalan ditutup untuk orang yang berolahraga, satu sisi jalan dibuka untuk kendaraan bermotor. Terlebih lagi, car free day di Banjarmasin hanya sampai di pukul 7.30 Wita. Kalau lewat, jalanan sudah dibuka kembali seperti normal. Mungkin banyak hal yang menyebabkan. Satu diantaranya, memang kesadaran masyarakat Banjarmasin untuk berolahraga kurang. Dan dari pihak Pemerintah Kota-nya juga tidak terlalu memperdulikan prihal tersebut. Mengenai car free day di Banjarmasin, saya sudah pernah membuat postingan tersebut. Yaitu, Car free day di Banjarmasin, katanya..

Car free day di Jakarta
Kembali ke Jakarta.

Hari semakin siang, azan zhuhur juga sudah berkumandang. Maka kami beranjak ke Masjid Istiqlal. Sebelumnya, saya juga pernah ke sana, tapi dalam rangka tur religi. Waktu dulu, hanya sekedar tempat salat maghrib, jadi setelah selesai, langsung ke tempat yang lain. Kalau sekarang, kami meraskan liburan yang sesungguhnya. Iya, karena kami berjalan kaki menuju ke sana. Karena berjalan kaki itulah, kami jadi bisa melihat istana merdeka. Karena berjalan kaki itulah, kami jadi bisa melihat gedung-gedung pemerintahan lainnya. Karena berjalan kaki itulah, kami jadi tahu di mana SMP 4 Jakarta berada, yang sebelum kami berangkat, heboh dengan video mesumnya.

Di dalam Masjid Istiqlal
Setelah dari masjid terbesar di Asia Tenggara itu, kami kembali ke kawasan Monas. Sempat terpikir, mau ke Ancol, tapi karena waktu itu halte depan Masjid Istiqlal ditutup, jadinya tidak jadi. *padahal tidak yakin juga, kalau dibuka lalu bisa ke Ancol melalui halte tersebut*

Semakin rame di kawasan Monas. Penyebabnya adalah akan ada pawai kereta kencana dari berbagai daerah di Indonesia dan dari kerajaan luar negeri. Terlebih lagi, akan ada gubernur DKI Jakarta di dalam kereta kencana tersebut. Iya, gubernur. Dulu. Sekarang, presiden Indonesia.

Singkat cerita, pawai itu berlangsung meriah. Setelah menyaksikan pawai tersebut, kami kembali lagi ke Masjid Istiqlal untuk salat ashar. Nah, setelah salah inilah, saya pribadi galau. Mau pulang ke penginapan atau ke Jakcloth lagi. Akhirnya, diputuskan untuk ke Jakcloth kembali. Ini seiring rasa iri saya terhadap teman saya yang sehari sebelumnya menonton band favorit saya di Banjarmasin. Rocket Rockers tampil di Banjarmasin sehari sebelum di Jakcloth. Jadi, rencanaya, ke Jakcloth cuma mau nonton Rocket Rockers. Ah, persetan dengan angkutan umum. Ini malam terakhir di Jakarta, jadi harus bisa nonton Rocket Rockers. Dengan semangat itu, setelah hujan reda, kami langsung bergegas ke halte transjakarta menuju Senayan. Oh ya, waktu itu, setelah keluar dari Masjid Istiqlal, hujan lebat. Syukur, kami masih bisa berteduh di salah satu tenda di kawasan Monas. Sempat basah kuyup, tapi tak apalah.

Sesampainya di Halte Senayan, kami langsung masuk ke Jakcloth. Perlu diketahui, sekali masuk ke Jakcloth waktu itu Rp20.000. 2 hari, Rp40.000. Dan karena saya ke sana bersama abah, jadinya Rp80.000 habis hanya untuk masuk ke Jakcloth.

Suasana di dalam, padat. Lebih padat daripada sore kemarin. Sebenarnya, Rocket Rockers tampil di malam hari, tepatnya menjadi penampilan terakhir di salah satu panggung di sana. Kenapa jadi sejak sore saya ke Jakcloth, supaya tidak terburu-buru. Alhasil, sebenarnya saya baru menyadari pas di Jakcloth, kalau band favorit saya lainnya akan tampil di sore itu. Alone At Last!

Mereka tampil sebagai penampil sebelum break maghrib. Ah, gila! Ini pertama kalinya menonton band seatraktif ini. Yas Budaya, gila! Dengan membawa kabar, sore itu adalah penampilan Yas Budaya terakhir di Jakarta karena ingin keluar dari Alone At Last, penampilannya makin gila! Gila!

Cukup gila, gilanya. Sehabis menonton Alone At Last, kami ke tempat salat untuk salat maghrib. Karena tidak ada kegiatan lain, selain menunggu penampilan Rocket Rockers, jadi kami hanya berada di sekitaran panggung tempat mereka tampil. Ada beberapa band yang tampil sebelum Rocket Rockers. Satu diantaranya adalah Nath Thelion. Asik juga, reggae.

Akhirnya, band yang ditunggu-tunggu tampil. Mereka tampil dalam keadaan sedikit gerimis. Kalau tidak salah, mereka tampil pukul 21.30 Wib. Saya sudah tidak mempedulikan lagi bagaimana pulangnya. Yang penting bisa nonton Rocket Rockers.

Jadi, tidak jadi nonton Killing Me Inside di malam minggu, malah nonton Alone At Last dan Rocket Rockers di minggu sore dan malam terakhir kami di Jakarta.

Penampilan Rocket Rockers tidak diragukan. Meski saya pribadi, merindukan Ucay di sana. Ah, sudahlah. Penampilan mereka berempat juga keren. Terlebih disaat Aska menyanyikan lagu Fathin, asli gila!

Sekitar sejam mereka tampil, kami bergegas ke halte transjakarta sambil berharap masih ada transjakarta. Dan ternyata sudah tidak ada lagi. Kalau tidak salah, waktu itu sekitar pukul 22.30 Wib. Karena sudah tidak ada lagi transjakartanya, kami putuskan untuk naik taksi. Inilah ceritanya yang sudah saya sampai di beberapa paragraf sebelum ini. Ternyata masih ada taksi. Tahu gitu, malam pertama di Jakarta mungkin juga masih ada taksi yang menunggu.

Pukul 23.00 Wib, kami sampai di penginapan. Dan bersiap untuk packing buat pulang.

9 Desember 2013.

Jam keberangkatannya siang. Tapi, karena memang tidak ada lagi tempat yang ingin dituju, jadinya sekitar pukul 7.00 Wib kami mengasih kunci kamar kami ke pemilik penginapan lalu mencari bajaj menuju Stasiun Gambir. Layanya film-film Dono, Kasino, Indro, tidak perlu lama kami menunggu, ternyata ada bajaj yang lewat, langsung saja kami naik.

Sekitar pukul 8.00 Wib, kami sudah berada di dalam bus damri menuju Bandara Soekarno Hatta. Oh ya, saya tidak banyak bercerita tentang makan. Memang, hari pertama dan kedua saja, yang anggapannya "makan besar". Sisanya, hari ketiga dan hari terakhir hanya ngemil. Bukan masalah uang, tapi memang saya orangnya bukan yang suka makan, lebih suka ngemil. Abah saya? Karena saya begitu, beliau terpaksa juga sama. :D

Diluar dugaan, pagi itu jalanan begitu mulus. Tidak ada macet sama sekali. Padahal, salah satu ketakutan saya yang membuat bergegas menuju bandara adalah macet. Mengingat hari kami pulang adalah hari senin. Eh, ternyata tidak macet. Syukurlah.

Hanya memerlukan 45 menit di jalan, kami sampai di terminal 1C. Nah, setelah sampai ini, kami merasa menjadi orang yang terlantar di bandara. Karena masih perlu 4 jam sebelum pesawat kami take off. Supaya tidak terlalu merasa orang yang terlantar, kami berjalan-jalan. Dari terminal 1C ke 1A, terus kembali ke 1C lagi. Lumayan juga jaraknya. Pantas sih, disebut salah satu bandara terbesar di dunia.

Di ruang tunggu terminal 1C
Untuk menyingkat cerita (karena saya sudah cape ngetik), pukul 12.40 Wib kami terbang. Dan ini, tepat waktu! Oh ya, tempat duduknya saya ini adalah tempat duduk saya di saat Banjarmasin ke Jakarta. Tidak ada perubahan dengan tempat duduk saya. Yang berubah adalah abah saya. Tapi masih sejajar, tapi tidak di samping seperti sebelumnya.

Pendaratan berjalan mulus dan tepat waktu. Yang tidak mulus adalah telinga saya sepanjang penerbangan. Permasalahan di awal keberangkatan terjadi kembali.

Singkat kata, pukul 17.00 Wita, kami sudah berada di rumah kami lagi. Dan travelling pun berakhir sudah.

Selesai.

NB: tolong pijatkan jari-jari saya dong.

Minggu, 09 November 2014

Saya Juga Salah

Tentu, kita sepakat dengan kalimat yang mengatakan bahwa, sesekali kita harus meluangkan waktu untuk refreshing baik buat jasmani maupun rohani. Yang tidak sepakat, berarti Anda tidak mempunyai jasmani mapun rohani. Sepakat?

6 november, teman saya menulis status di aplikasi BBM dia, yang intinya tentang ajakan nge-trip bareng ke Bukit Batas. Gayung bersambut. Saya yang belum pernah ke sana, membaca status BBM yang seperti itu, langsung saja saya respon. Singkatnya, saya ikut. Karena teman saya juga ada yang kepengen ikut juga, jadi saya membawa teman juga. Total ada 15 orang. Jumlah yang menurut saya, tidak terlalu banyak, tapi juga tidak terbilang sedikit.

Buat yang belum tahu "Bukit Batas", silakan googling. Karena postingan ini tidak akan ada info tentang tempat itu.

Sabtu, yaitu kemarin, adalah hari kami ke sana. Saya pribadi, berharap bisa melihat sunset di atas bukit itu. Tapi apalah daya. Sebelum berangkat menuju tempat itu saja sudah diberikan sinyal-sinyal oleh Yang Maha Kuasa, kalau kami dan juga semua orang yang harapannya sama dengan saya, harus bersabar karena tidak sesuai dengan kenyataannya. Sinyal yang nyata terlihat adalah, cuaca yang mendung sejak siang hingga sore. Terlebih lagi, siang di hari itu terjadi hujan yang cukup lebat di daerah Banjarbaru. Dan terlebih lagi, kami baru mendaki ke bukitnya, jam 7 malam. Ya iyalah, ga bakalan dapat sunset. Gapapa.

Seru. Menantang. Malam-malam mendaki sesuatu yang tidak tahu kondisi jalur pendakiannya. Itu khusus buat yang belum pernah ke sana sih. Termasuk saya. Mungkin, ini sesuai dengan kalimat awal di postingan ini. Ya, inilah waktunya untuk refreshing.

Perjuangan itu akhirnya berakhir setelah satu jam. Tas yang dipikul dari bawah menuju puncak bukit, berasa berat. Tapi, sesampainya puncak, rasa berat itu hilang. Kalau alasan logisnya, mungkin karena perjuangan saya selama pendakian yang besar, jadinya rasa beratnya bisa hilang. Maklum, bukan orang yang sudah ahli mendaki. Kalau alasan tidak logisnya, mungkin karena sesampainya di puncak, khayalan saya terhadap keadaan di puncak sebuah bukit tidak sesuai dengan kenyataannya. Khayalan saya, di puncak bukit, tidak banyak orangnya.

Setelah dipikir-pikir kembali, khayalan itu memang mustahil menjadi kenyataan. Dengan berbagai alasan. Satu yang paling menonjol menurut saya, karena tempat itu baru terkenal pada satu tahun ke belakang ini. Apalagi, dibantu oleh kecanggihan berkomunikasi di zaman sekarang. Informasi tentang tempat-tempat seperti Bukit Batas ini cepat tersebar. Bayangkan, jika setiap orang yang sudah pernah ke sana, mempunyai toolsnya untuk menyampaikan kesannya terhadap tempat itu. Seperti, punya akun media sosial. Dengan mudahnya menampilkan foto ataupun video mengenai kondisi di sana. Kemudian, teman dia bertanya-tanya tentang tempat itu, lalu teman dia ini menceritakannya ke temannya lagi. Begitu terus-menerus, hingga pada akhirnya informasi-informasi tentang tempat menghampiri saya. Selain karena akun-akun pribadi yang pamer sudah pernah ke sana, berita-berita dari media apapun, elektronik, cetak, online, hingga dari pihak pemerintahan yang dalam hal ini dinas prawisata di daerah setempat, gencar mempromosikan Bukit Batas.

Sampai di sini sebenarnya tidak apa-apa. Bahkan bagus. Tempat yang mungkin dulunya tidak dikira akan menjadi tempat wisata, kini sudah terkenal. Sedikit banyak, pasti berdampak ke masyarakatnya. Terutama di sektor perekonomian. Dari parkir kendaraan, sewa kelotok, izin pendakian hingga makanan dan minuman yang dijual oleh masyarakat sekitar. Perekonomian membaik, itu yang terlihat.

Tapi..

di sisi lain, karena informasi mengenai tempat tersebut mudah didapatkan, semua kalangan, berkeinginan pula untuk ke sana. Semua. Bahkan, yang hanya sekedar ingin pamer bahwa dia sudah ke sana, juga termasuk di dalamnya. Ini yang saya rasakan sekitar 19 jam saya di sana. Dari hanya sekedar kamera ponsel hingga kamera profesional. Semua ingin mengabadikan momen dia di sana. Sebenarnya, itu bukan sebuah masalah. Wajar. Saya juga. Yang menjadi masalah, ketika dia datang hanya untuk ingin pamer dan melalaikan hal-hal lainnya yang akan berdampak terhadap tempat tersebut.

Sederhana namun penting, sampah. Banyak sampah berserakan. Mereka sibuk mengabadikan momen mereka, tapi mengabaikan sampah mereka.

Ini sombong atau apa ya namanya, sampah saya, seperti plastik bungkus roti (karena saya hanya membawa beberapa roti dari rumah buat energi saya selama di sana), botol minuman dan bungkus permen, saya taruh ke dalam tas saya. Jika menemui tempat pembuangan sampah, baru saya keluarkan sampah-sampah itu.

Sebenarnya, permasalahan juga terjadi dengan saya. Saya yang terganggu dengan pemandangan sampah di sana, hanya sekedar melihat dan kemudian hanya sekedar nge-posting prihal ini. Saya juga salah.

Sabtu, 01 November 2014

Pondasi

Satu kata untuk hari ini. Malu.

25 oktober lalu, ada 12 orang yang hadir di kopi darat (kopdar) pertama @KAR_Banjarmasin. Inti pembahasan di hari itu, terfokus tentang pengenalan orang-orang yang bergabung, tujuan adanya @KAR_Banjarmasin  dan cara-cara bagaimana bisa memperkenalkan @KAR_Banjarmasin ini sebagai komunitas positif di Banjarmasin. Impian-impian aksi dan acara yang hendak dilaksanakan juga kita khayalkan bersama-sama. singkat kata, 12 orang yang hadir di hari itu, sepakat menjadikan hari ini sebagai kopdar kedua.

Namun, harapan di kopdar kedua semakin banyak yang hadir, hanyalah sebuah harapan yang tidak terwujud. Kenyataannya, hanya sepertiga dari di kopdar pertama. Cuma 4 orang.

Sebenarnya, saya pribadi tidak mempermasalahkan dengan hanya 4 orang yang hadir. Saya juga tidak mempermasalahan dengan alasan-alasan yang tidak hadir. Ada yang beralasan, ada acara organisasi. Oke, gapapa. Ada yang beralasan, mau beristirahat karena hari senin ada UTS, oke gapapa. Ada yang beralasan mau pulang kampung oke gapapa. Semua gapapa, meskipun pas di kopdar pertama mereka-mereka yang tidak bisa hadir, telah sepakat tentang hari ini. Gapapa.

Lalu apa yang membuat saya berkeingian nge-posting tentang hal ini?

Seperti di kopdar pertama, kita janjian berkumpul pukul 16.00. Karena kita tinggal di Indonesia dan orang-orang yang hadir di kopdar adalah juga orang Indonesia, maka kita maklumi saja dengan istilah "jam karet". Dan tentu, berbagai alasan pun tercipta. Kembali, gapapa. Hari ini, saya sudah berada di tempat kopdar di pukul 16.00. 5 menit, belum yang datang. 10 menit, belum. 20 menit, juga belum. 30 menit, masih belum. Baru, 40 menit setelah saya berada di tempat kopdar datang satu per satu. Gapapa.

2 orang merupakan orang yang hadir di kopdar pertama. Mereka mahasiswa baru. 1 orang merupakan orang yang tidak bisa hadir di kopdar pertama. Dia adalah ibu muda. Terlihat dari anak yang dibawa beliau yang masih berusia (kira-kira) 2tahunan. Sampai di sini sebenarnya tidak ada hal yang membuat saya malu. Hingga satu ketika saya menanyakan kepada ibu muda ini, "dari mana?". Dan beliau pun menjawab "dari Tambang Ulang". Mungkin pembaca postingan ini tidak tahu di mana Tambang Ulang. Yang jelas, Tambang Ulang bukan bagian dari Kota Banjarmasin. Tambang Ulang adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Tanah Laut. Tidak tahu jarak pastinya, namun waktu yang perlu ditempuh dari Tambang Ulang ke Banjarmasin sekitar 1 hingga 1 setenggah jam. Cukup jauh. Cukup perjuangan. Demi bisa hadir di kopdar keduanya @KAR_Banjarmasin. 

Apakah Anda sampai di sini sudah dapat mengambil kesimpulan kenapa saya memberikan kalimat pertama di postingan ini: "Satu kata untuk hari ini. Malu"?

Kalau sudah, ya syukurlah. Berarti kisah yang saya ceritakan bisa dicerna dengan baik.

Kalau belum, mari dicerna lagi perlahan-lahan.


Saya dan kedua teman saya, bingung apa yang perlu dibahas di kopdar hari ini. Ini karena hanya tiga orang yang di kopdar pertama hadir. Terlebih lagi, "orang-orang yang cukup vokal di kopdar pertama" tidak hadir di hari ini. Dan lagi, gapapa.

Diskusi kita hanya seputar tentang orang-orang yang hadir di kopdar pertama namun di kopdar kedua ini tidak hadir. Singkat kata, kami memaklumi. Gapapa. Dan sebelum bubar, saya berucap "yang penting adalah pondasinya".