Kamis, 31 Desember 2015

Tahun 2015, Tahun yang Luar Biasanya Luar Biasa

364 hari sudah dilalui. Banyak sekali cerita. Dan cerita-cerita itu tak akan bisa diulang kembali. Hanya bisa diceritakan. Lalu, ketawa. Kemudian, sedih. Tetapi, juga bersyukur.

Alhamdulliah..

Sama sekali tak diduga, catatan-catatan di tahun 2015 ditulis dengan tulisan indah. Bahkan, sebagian besar ditulis dengan tinta emas.

Enam bulan pertama, hampir setiap hari dihabiskan waktu di depan komputer untuk bercengkrama dengan file skripsi. Sesekali juga bercengkrama dengan manusia. Termasuk dengan manusia yang di tahun 2010 pernah mengisi catatan selama 9 bulan. Eh atau bahkan sampai sekarang? Haha. Sudah tidak. Catatan dengan manusia itu sudah perlahan terhapus disaat memasuki enam bulan kedua.

Enam bulan pertama merupakan bulan perjuangan menghadapi skripsi. Dan, enam bulan kedua adalah bulan pejuangan setelah menghadapi skripsi. Yaitu, "selesai kuliah, lalu apa?" pertanyaan setiap orang yang baru diwisuda. Pertanyaan yang harus dijawab. Bukan cuma dengan lisan tapi juga dengan teori dan praktek yang harus balance.

Rasa syukur yang tak terhingga. Unlimited.

"Selesai kuliah, lalu apa?" tak perlu waktu lama untuk dijawab. Setelah mendapatkan ijazah tamat kuliah, langsung melamar pekerjaan. Dan, sekali lagi, rasa syukur yang tak terhingga, fotocopy ijazah berlegalisir hanya terpakai dua lembar saja.

Pertama, untuk suatu perusahaan kelapa sawit. Alasan kenapa jadi ke situ, karena dalam pengumuman lowongan pekerjaannya dikatakan bahwa "seluruh jurusan dan fresh graduate diperbolehkan mendaftar". Di situ, saya sampai ditahap wawancara awal.

Fotocopy ijazah berlegalisir yang kedua terbang ke Balikpapan untuk memenuhi persyaratan administrasi rekrutmen pegawai tetap di suatu perusahaan BUMN. Kurang lebih sama, alasannya karena "semua jurusan". Tentu, alasan lain yang paling menyemangati adalah ingin bekerja.

Sampai di sini, saya bingung cara menceritakannya.

Semuanya dilancarkan.

Saya dan mungkin sebagian besar orang yang mengenal saya, tak akan menyangka saya sampai di titik sekarang. Kalau orang lain tak menyangka, apalagi saya.

Di hari ke 365 ini, saya sedang berada di lingkungan kerja yang saya lamar di bulan juli lalu. Lamaran itu yang membawa saya ke tempat yang tak terbayangkan sebelumnya.

Sekarang berada di dunia baru. Di lingkungan baru. Dengan teman baru. Teman yang sekarang bukan cuma teman yang tinggal satu kota saja. Tapi hampir semua pulau besar di negara ini, mempunyai kenalan yang diperkenalkan oleh catatan yang ditulis dengan tinta emas.

Huh.

Telah habis kalimat yang dapat mendeskripsikan mengenai tahun ini, selain...

Luar biasa. 2015 tahun yang luar biasanya luar biasa.

Dan, terakhir, harus saya katakan kembali, rasa syukur yang tak terhingga untuk tahun ini.

Tahun 2016? Bismilah!

Senin, 14 Desember 2015

Tinta Emas

Cerita dimulai dari tanggal 8 Agustus 2015. Hari itu, saya ikut Tes Potensi Akademik dengan 300 orang lebih lainnya. Dengan soal yang cukup banyak, waktu yang diberikan untuk menjawab soal cukup singkat dan pesaing yang cukup memenuhi GOR Hasanudin, saya tidak berharap lebih untuk bisa lolos di TPA itu.

Jam 10 malam, masih menunggu pengumuman di website. Belum diupload ternyata. Jam 11 juga masih belum. Kemudian tertidur. Jam 3 pagi kebangun. Buka websitenya lagi. Ternyata sudah diupload. Dan ternyata ada nama saya. Dan jam 8 pagi mesti ke Hotel Rodhita buat ikut tes selanjutnya, psikotes. Dan paragraf ini banyak kata hubung dan.

Sama halnya dengan TPA, psikotes juga tidak percaya diri bisa lolos. Sesaat setelah menjawab soal, "kok tadi jawabnya gitu?!". Lalu, sesaat setelah wawancara, " kok tadi ngejawabnya gitu sih?! ". Dua pertanyaan itu yang pada akhirnya memberikan kesimpulan bahwa, "oke, kalau ga lulus, ga papa deh, yang penting pernah ikut tes gini, kan lumayan baru lulus sudah pernah ikut tes kaya gini".

18 Agustus diumumkan pengumaman tes  yang diceritakan di paragraf sebelum ini. Iya, iya, ini disingkat. Kalau menceritakan dari tanggal 9 sampai 17 ngapain aja, nanti bosan, nanti mau udahan bacanya, dan ga selesai membacanya. Hmm, padahal kalau ga selesai juga ga papa sih, yang penting udah masuk blog ini aja sudah sebuah keisengan yang cerdas. Entahlah, apa arti dari " keisingan yang cerdas ". Jadi intinya, nama saya kembali ada di pengumuman. Heran? Tentu. Syukur? Lebih dari tentu.

Saya dapat jadwal wawancara di tanggal 23 Agustus. Sama halnya dengan psikotes yang memperoleh jadwal wawancara di urutan terakhir, di tes wawancara juga. Bedanya, kalau di psikotes, emang benar terakhir, di wawancara, terakhir dari 3 peserta. Sebagai orang yang mendapatkan jadwal yang mendekati akhir, tentu menjadi kepikiran ketika obrolan orang-orang yang sudah diwawancara, tentang ini lah, tentang itu lah, tentang ini itu lah. Di sini, kembali, membuat saya tidak yakin. Tapi ketidakyakinan saya ini, lahir sebelum diwawancara. Setelah diwawancara, saya merasa yakin bisa lolos tes ini. Berbeda dengan tes-tes sebelum ini. Kenapa? Karena pertanyaan yang diajukan berbeda dengan obrolan orang-orang yang sudah diwawancara sebelum saya. Ya begitulah.

Eh, benaran lolos tes wawancara. Nyangka? Lumayan. Heran? Ga juga. Yakin lolos di tes selanjutnya? Harus! Tes selanjutnya tes kesehatan. "Masa sih saya ga sehat, kayanya selama ini ga pernah mengalami sakit yang parah banget, ga pernah masuk rumah sakit, masa ga lolos sih?!", pikir saya, waktu itu. Sebuah pemikiran yang berujung untuk menjaga kesehatan sampai tes kesehatan dilaksanakan. Sebuah pemikiran yang juga berujung pada keyakinan untuk bisa lolos tes ini. Karena, tes kesehatan merupakan tes terakhir sebelum diklat. Bisa lolos di tes kesehatan maka dapat mengikuti diklat dan diklat merupakan gerbang menuju karyawan tetap.

15 September, pengumuman diupload. Dan benar adanya. Ada lagi nama saya di situ. Entah, yang ngetik pdf itu salah ngetik atau emang suka ngetik nama saya atau emang takdir, beda tipis. Yang jelas, tahapan kehidupan dimulai dari sini. Kalau yang TPA merupakan cerita awal, lolos di tes kesehatan merupakan awal dari kehidupan yang tak pernah dibayangkan sebelumnya. Tak pernah membayangkan, seorang mahasiswa FISIP yang skripsinya membahas larangan merokok di rumah sakit, dan baru banget lulus, diberi kesempatan bekerja di tempat yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan FISIP, larangan merokok, dan kelulusan yang baru banget.
21-23 September, diklat induksi. Kemudian dilanjutkan dengan On The Job Training di tanggal 28 September sampai 13 Oktober. Pada paragraf ini, yang perlu saya ceritakan adalah "seperti ini yaa dunia kerja itu". Silakan tertawa karena saya belum pernah bekerja sebelumnya. Memang benar adanya. Ini kehidupan yang sangat berbeda dengan sebelumnya. Sama seperti, dengan orang-orang yang belum pernah pacaran dan kemudian mendapat kekasih. Pasti kikuk, awalnya. Malu-malu. Belum berpengalaman. Tapi pengen punya pengalaman.

Tentang diklat induksi dan OJT-nya udahan ya. Masih panjang soalnya cerita-cerita yang harus diceritakan di postingan ini.

15 Oktober, berangkat ke Surabaya. Ngapain? Bukan jalan-jalan. Bukan. Tapi masih berkaitan dengan tahapan menjadi karyawan tetap. Ke Surabaya buat mengikuti pembinaan mental dan fisik di tempat pencetak marinir Indonesia. Yoi, marinir. Yang tentara angkatan laut itu. Yang satu-satunya tempat cuma di Surabaya. Yang banyak dianggap tempat yang kejam. Yang judul lagunya Wali.

15 Oktober hingga 24 Oktober merupakan hari-hari yang mau dibilang berat ya memang berat, tapi di sisi lain tentu ada sisi yang menyenangkan. Pasti selalu ada sisi-sisi yang berseberangan. Namanya juga sisi. Setiap sisi mempunyai sisi lainnya. Jadi, balok mempunyai berapa sisi?

Tak perlu diceritakan apa yang dilakukan tempat pelatihan marinir itu. Cukup dibayangkan saja. Karena diceritakan secara detail pun, pasti juga membayangkan juga. Jadi lebih baik dibayangkan saja tanpa harus diceritakan. Gitu.

Kemudian, setelah melewati masa ditempa di Gunung Sari, kami semua yang kemudian di tempa di tempat diklat. Oh ya, belum dibilang ya berapa orang yang ikut pembinaan mental dan fisik ini. Hampir 400 orang. Dari segala penjuru. Dari barat hingga timur. Dari yang melayunya kental dan manis hingga mendoknya bahasa orang-orang timur. Lengkap pokoknya. Selengkap-lengkapnya lengkap.

Ada 4 tempat diklat yang disediakan. Surabaya, Malang, Solo, dan Padang. Dan saya bersama 42 orang lain ditempatkan di Malang. Kota yang dikenal sebagai kota yang sejuk itu, merupakan kota yang membuat saya untuk membuat postingan ini. Yaaaaa, tentu, awal cerita tetap berada di paragraf pertama tadi. Tapi Kota Malang lah yang "menyuruh" saya untuk malam ini menulis tentang ini di hp.
43 orang bersatu di satu kota yang sama. Tidak mengenal sebelumnya. Hmm, yang dari satu kota yang sama, mungkin sudah mengenal sebelumnya. Tapi apakah sudah mengenal secara mendalam? Kayanya belum tentu. Yang pacaran berpuluh-puluh tahun aja, belum tentu sudah mengenal secara mendalam. Dan alasan klasik pun diungkapkan, "tidak nikah-nikah karena belum mengenal secara mendalam (calon) pasangan hidupnya". Btw, ini bahas apa sih?

Dari berbagai daerah berada di tempat yang sama. Dan di sinilah kata orang-orang " Indonesia luas banget " itu benar sekali. Dengan segala kelebihan dan kekurangan negara ini, Bhinika Tunggal Ika memang bukan sekedar tulisan wajib di atas papan tulis di sekolah-sekolah. Tapi pengamalan yang lebih utama. Dan pengamalan itu akan lebih mudah dilaksanakan jika kita dapat bertemu, berteman, dan bersahabat dengan orang-orang dari belahan daerah lain. Bersyukurlah kalian yang mempunyai uang lebih dapat dipergunakan untuk keliling Indonesia. Dan, berbahagialah kalian yang tanpa harus punya uang lebih tapi dipertemukan dengan berbagai jenis manusia Indonesia.

Yaitu, kita. Kita yang berada di Kota Malang hampir 2 bulan. Modal kita bukan uang. Modal kita keyakinan. Murah tapi tidak semua orang memiliki. Termasuk saya, pada awalnya. Yang membaca postingan ini secara urut, pasti mengetahui kapan saya mulai yakin. Bobotnya 20% jika dapat menjawab.

Saat saya menulis ini, waktu menunjukan pukul 00.03 WITA. Dan masih teringat jelas apa yang dilakukan hari-hari kemarin. Hari-hari di Kota Malang. Senam yang ga cocok dikatakan senam, makan pagi yang terlalu pagi untuk makan nasi goreng, berangkat dengan mobil yang selalu menghindari duduk di tengah, coffe break yang ternyata juga menyuguhkan milo, makan siang yang selalu menjadi primadona nomor satu setelah survive menahan rasa ngantuk, survive setelah makan siang adalah survive tingkatan selanjutnya, bel pulang yang merupakan bel paling ditunggu setelah bel makan siang, menunggu jemputan sambil bercengkrama, makan malam yang selalu berusaha untuk dihabiskan, pendapatan alfamart dan indomaret seketika meningkat dalam 2 bulan gara-gara kita, dan sebagainya-sebagainya. Banyak. Terlalu banyak.

Tak sanggup lagi mengetik di hp ini. Bukan sedih mengingatnya, tapi cape tau! Sudah hampir 2 jam, mengetik ini aja. Beberapa jam lagi OJT tahap dua.

Huh..

Senang sekali bisa bertemu dan bersahabat dengan kalian. Dengan segala kelakuan yang absurd, kelucuan yang garing, tingkah laku yang tak tertebak, kalimat-kalimat yang diciptakan secara spontan, tingkat normal batas maksimal, dan sungguh munafik jika 43 orang itu tidak mengakui memiliki keinginan untuk mengulang kebersamaan yang terjadi kemarin dalam bentuk apapun. Termasuk saya.

Kebersamaan kemarin harus terulang lagi, dengan menggunakan tinta yang lebih emas daripada 24 karat dan cerita-cerita yang akan terjadi nanti, lebih layak dimuseumkan daripada berlian flawless.

Bismilah, yakin!

Dari siswa Pegadaian yang (terlihat) pendiam tapi ternyata punya blog.

Muhammad Syarwani.

Selasa, 16 Juni 2015

Lalu?

Hampir 6 bulan menyelesaikan skripsi. Skripsi mengenai "Implementasi Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di Rumah Sakit Ulin Kota Banjarmasin". Bagi yang inginkan filenya, bisa langsung mengomentari postingan ini atau mention ke akun twitter saya, @inawrays. Sebenarnya ingin menceritakan perjuangan menyelesaikan tugas akhir itu. Tapi, kayanya, hmm, tidak di sini, mending kalau ingin tahu ceritanya, bisa langsung tanya ke orangnya, atau via twitter atau bbm. Jadi, pin sayaaaa.....

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kemarin 15 Juni 2015, saya dan mahasiswa-mahasiswi lainnya (yang-seperti-mendapatkan-hadiah-undian-yang-tak-pernah-diduga-sebelumnya) ikutserta di acara yudisium. Kemudian, hari ini, berada di acara wisuda. *paragaraf singkat dan padat (banget)*

Postingan ini sebenarnya adalah bentuk kegalauan. Sebagai anak tunggal, ada perasaan "ayo dong, harapan satu-satunya nih!". Dan mungkin, juga, setiap anak tunggal merasakan hal yang sama. Saya takkan menyalahkan karena saya anak tunggal. Dilahirkan sebagai anak apapun, anak sulung, anak tengah, atau anak bungsu sekalipun, tentu hendak membahagiakan orangtuanya. Begitupula saya.

Oh ya, status saya bukan anak-anak lagi. -___-

Euphoria yuudisium dan wisuda, sudah lewat. Tak perlu larut dalam keadaan ceremonial itu. Bahkan setelah saya keluar dari ruang sidang di tanggal 20 Mei lalu, pertanyaan ini selalu ada dipikiran.

Lalu?

Minggu, 19 April 2015

Aku Ingin.. Setidaknya, Ini yang Terakhir

Cukup lama tak membuka blog. Alah, sok sibuk. Padahal, paket internet yang sering dipake makin mahal. Ini mah cuma disempat-sempatin aja posting.

Malam tadi, kepikiran dan akhirnya sekarang di depan komputer dan mengetik apa yang dipikirin malam tadi.

Apa yoo.. Bingung memulainya..

Ah, gini deh.

5 tahun lalu, lupa tanggal pastinya, yang aku ingat bulan april. Kayanya, akhir bulan. Ada sebuah acara yang kita ikutin. Itu.. acara bimbingan belajar.. Itu.. yang di gedung serba guna Unlam.. Kalau mau diingetin sih, pasti panjang paragraf ini. Pokoknya acara itu.

Dimulai dari situ, terus kita daftar ikut bimbel. Aku masih ada tuh kuitansinya. Emang sih ya, mestinya sudah ditiadakan. Entahlah, mungkin nanti dibumihanguskan. Mungkin.

Sampai sini, aku bingung lagi melanjutnya bagaimana..

Serius, ini aku bingung. Mesti melanjutkan postingan ini atau ga.

Gimana sih, mau posting aja bingung.

Dan malah diomongin di sini.

-___-

 Ah sudahlah. Langsung ke inti dari kenapa malam tadi pengen bikin postingan ini.

Biarin deh, yang membaca postingan ini menganggap postingan ini ancur-ancuran.

 Daripada dipendam. Daripada rugi sudah beli pulsa buat bisa posting ini.

Aku ingin, kita lulus kuliah bareng. Dilematik, sebenarnya. Aku pribadi, ingin bulan depan lulus. Aku ga ingin september. Di sisi lain, aku menyadari, mungkin teman seangkatanku yang bisa lulus bulan depan ini hanya sebagian kecil saja. Bayangan aku, mungkin kurang dari 10 orang yag bisa lulus di bulan mei. Dan aku juga memahami kalau kamu juga menginginkan lulus di september karena kebanyakan teman-temanmu agak susah di mei.

Tapi gimana dong. Aku ingin kita lulus dalam hari yang sama. Setidaknya, ini yang terakhir. Selanjutnya, bismillah.. Aku berusaha biar bisa melupakan yang sudah-sudah. Dengan cara bekerja dan dengan cara menemukan perempuan lain yang bisa membuka gembok ini. Sulit juga sih, gemboknya sudah karatan. Kuncinya entah di mana. Tapi aku masih yakin, pasti ada yang bisa membuka.

Jika keinginan aku ini ga tercapai, jika aku dapat lulus di mei dan kamu menunda hingga september, aku berharap, kita ga bertemu di hari itu. Aku ga mau ketemu kamu di wisudaku. Meskipun, misalnya, seandainya, kamu datang ke gedung sultan suriansyah karena menemui temanmu yang lain, aku berharap tak melihatmu. Ga perlu diperjelas, apa alasannya.

Beda cerita kalau bisa bareng.

Jumat, 20 Februari 2015

Dalam Waktu 10 Jam..

Keinginan liburan memang sudah lama diimpikan. Setidaknya, setelah seminar proposal di tanggal 24 Januari lalu, kepengen banget travelling. Tapi karena selalu ada saja yang membuat gagal, jadinya baru kemarin terlaksana.

Awalnya, dari perayaan teman saya yang baru pulang dari Jakarta. Dia keterima bekerja di Bank Indonesia dan harus mengikuti pelatihan selama 5 minggu di Jakarta. Makanya, minggu kemarin, kami berkumpul, ngongkong bareng, dan merencanakan liburan.

Kebetulan, beberapa minggu lalu, saya menemukan sebuah postingan di facebook tentang suatu tempat yang cukup membuat saya ingin ke sana. Singkat kata, saya memutuskan untuk ke sana, kemarin.

Tapi, sayangnya, tidak semua teman-teman SMP saya yang hari minggu-nya nongkrong bareng, bisa ikut. Cuma satu orang. Mungkin ini semacam giliran. September tahun lalu, berempat travelling ke berbagai tempat yang tak terduga sebelumnya. Seperti, ketemu jalan yang di aspalnya bertulisan "lajui" tapi ternyata di depannya jalan buntu dan ke Tahura Sultan Adam yang sebenarnya tidak termasuk dalam rencana awal. Kemudian selanjutnya, Oktober bersama salah satu teman SMP ke Bukit Batas. Januari lalu, bersama salah satu teman SMP lainnya, ke Bukit Lintang. Dan kemarin, bersama salah satu teman SMP selain kedua tadi, ke bukit sebelah Dermaga Riam Kanan (saya tidak tahu namanya, tapi ada yang nyebut dengan nama Bukit Aranio). Dan semoga selanjutnya, bisa berempat!

Btw, ini traktiran oleh teman saya yang baru pulang dari Jakarta itu. :D
Oke, kembali ke cerita hari kemarin.

Kamis pagi, diawali dengan hujan. Hal yang memang saya tidak inginkan. Rencananya, pukul 6.00 Wita berangkat. Tapi karena hujan, dan hujannya cukup awet yang jika ditunggu hingga reda, mungkin ga bakal berangkat. Pukul 8.00 Wita, saya dengan teman SMP dan dua temannya tempan SMP saya berangkat. Dan waktu itu masih gerimis. Sesekali di perjalanan, kami merasakan hujan yang cukup lebat. Maklum, kami penggendara kendaraan bermotor roda dua.

Saya tidak tahu, apakah pantas atau tidak saya sebut ini kesialan pertama. Kejadian yang tidak saya inginkan, terjadi. Di pal 16, ban belakang kendaraan saya, "tertusuk dengan tidak sengaja" paku di jalan. Karena waktu itu, cuacanya masih hujan sulit menemukan tukang tambal ban (padahal sepanjang jalan ada tulisannya "tambal ban"). Di pal 17, baru ketemu. Tapi, ketemunya di seberang jalan. Yaa, saya harus melewati bundaran pal 17 terlebih dahulu kemudian kembali ke arah tukang tambal ban.

Setelah selesai, kami berangkat kembali. Oh ya, supaya saya tidak diceritakan terus menerus, yang pasti, sepanjang perjalanan kami, hujan terus turun. Sampai ke Dermaga Riam Kanan pun masih hujan. Beberapa kali, kami harus berteduh. Dalam perjalanan menuju Dermaga Riam Kanan, kami sempat tersesat. Mungkin, ini faktor hujan yang cukup lebat makanya kurang fokus dengan jalannya.

Singkat cerita, sampai ke Dermaga Riam Kanan, sekitar pukul 11.00 Wita. 3 jam diperjalanan, yang seharusnya cuma memakan waktu sejam hingga sejam tigapuluh menit jika dalam keadaan tidak hujan. Sesampainya, kami langsung cari tempat makan untuk makan dan minum yang hangat-hangat. Setidaknya, dapat mengurangi rasa dingin di sepanjang jalan.

Sekitar pukul 12.00 Wita kami bergerak ke bukit yang hendak didaki. Keadaan saat itu, masih gerimis. Dan, kali ini, nyasar kembali. Lumayan juga kesasarnya, tapi syukurnya ketemu jalan yang benar menuju puncak bukitnya. Sebelum mendaki, menemui acil. Acil ini adalah acil yang memiliki kebun durian di bawah bukitnya. Sempat ngobrol yang intinya tentang apakah sebelumnya ada yang mendaki ke atas. Dijawab sidin, ada. Sidin juga masih ingat orang-orang yang naik ke puncak bukit yang sebelumnya saya tunjukan foto mereka dari ponsel saya.

Tepat azan zhuhur, kami mendaki. Seperti dengan pendakian sebelumnya, jaket yang saya pakai kemarin juga saya lilitkan di pinggang saya. Pertiga pendakian, saya baru sadar, kalau jaket saya sudah tidak ada lagi di pinggang saya. Sama sekali, saya tidak merasakan kapan jaket saya terjatuh. Rute pendakian yang cukup melelahkan, membuat saya enggan putar balik. Maka saya putuskan setelah turun dari puncak, baru saya cari jaketnya. Saya yakin, bisa menemukan karena waktu itu cuma kami berempat yang mendaki. Tidak ada orang lain. Dan saya juga yakin, meskipun kami seperti membuka rute pendakian karena tidak terlihat jelas jalur pendakian sebelumnya, tapi teman SMP saya telah memberikan tanda yang menandakan jalur pendakian kami.

Pemandangan dari atas bukit yang didaki.
Singkat kata, saya kehilangan jaket yang saya beli di Jakarta pas Jakcloth tahun 2013 lalu. Jaket yang sering saya pakai. Jaket kesayangan telah hilang. Saya tidak tahu, di mana terjatuh. Dugaan saya, jaket saya jatuh waktu saya mendaki kemudian jaketnya jatuh ke jurang. Setelah turun, saya kembali berusaha naik ke atas lagi untuk mencari jaket saya itu. Dua kali saya berusaha naik. Yang pertama, saya tergelincir di tanjakan pertama. Yang kedua, saya juga tergelincir di tempat yang sama dengan yang pertama. Dan ini hampir saja saya tergelincir ke jurang. Kejadian hampir jatuh ke jurang ini, membuat saya, "ya sudah, saya ikhlaskan jaket itu".

Sekitar pukul 16.30 Wita, kami pulang. Sebelumnya, beristirahat sebentar di "gubuk"-nya acil yang punya kebun durian. Kami beli durian sidin dan kami suguhi kopi dan diberikan rambutan.

Diperjalanan, satu lagi kejadian yang sebenarnya tidak termasuk masalah besar tapi saya ceritakan di sini biar kesannya lengkap. Rantai kendaraan saya kendor. Syukurnya, setelah merasakan kurang enak dalam mengendarai, langsung ketemu sebuah bengkel kecil.

Pukul 18.00 Wita, kami sampai ke tempat asal, di rumah teman SMP saya. Dalam waktu 10 jam, dengan berbagai kejadian yang tak terduga. Dari ban mocor, nyasar, hingga jaket hilang. Sampai ke puncak dengan jalur pendakian yang menurut saya, lebih sulit daripada jalur pendakian yang telah saya lalui sebelumnya, juga sebuah kejadian yang tak terduga. Jalur pendakiannya lumayan susah. Kami harus mencari jalur pendakian sebelumnya dan sesakali kami harus membuka jalur tersendiri. Badan saya lebih besar daripada ketiga teman saya juga membuat saya mengalami kesulitan dalam mendaki. Saya selalu yang paling belakang. Sepanjang pendakian yang saya pikirkan, "harus sampai puncak! harus sampai puncak!" yang padahal teman-teman saya yang lain beberapa kali menanyakan saya "sampai sini aja atau lanjut?".

Dalam waktu 10 jam yang semoga menjadikan saya, orang yang lebih baik lagi.

Minggu, 25 Januari 2015

Sekedar Diingat dan Diabadikan, Agar Abadi pula Ingatannya

Alasannya, mau ngambil pesanan kartu uno.

Dua orang yang pernah dekat, ketemuan.

Dua jam ketemuan.

Dua tempat yang disinggahi.

Dua jam diperjalanan.

Perjuangan sekali.

Cuma mau ketemuan.

Kalau dipikirkan lagi, kok bisa ya.

Padahal sedang Kuliah Kerja Nyata.

Sempat-sempatnya, berpikiran buat ketemuan.

Kalau dipirkirkan lagi, kok berani sih.

Padahal jalan yang ditempuh melalui jalan yang tidak mudah.

Apalagi jalan menuju pulang ke lokasi desa KKNnya.

Sepi, gelap, hujan lebat, dan jalannya rusak.

Lengkap.

Itu dulu.

Dan setidaknya, pernah.

Sabtu, 24 Januari 2015

Lega


Saya yakin, setiap hari akan menjadi sejarah dan akan tersenyum-senyum jika mengingat hari-hari sebelumnya. Hari kemarin, jika diingat lagi, pasti ada hal lucu. Hari kemarin, jika diingat lagi, pasti ada hal yang menyebalkan. Hari kemarin, jika diingat lagi, pasti ada hal yang melegakan. Dan hari kemarin sudah menjadi sejarah. Hanya dapat dingat-ingat, tak bisa diulang lagi.

Begitu juga hari ini.

24 januari 2015. Sedikit hal lucu, cukup menyebalkan, tapi sungguh melegakan.

Karena hanya sedikit hal lucu, jadinya kejadian lucu tidak saya ceritakan di sini. Saking sedikitnya.

Apa yang membuat cukup menyebalkan?

Dari kemarin, yang saya takutkan mengenai hari ini bukan saja tentang bagaimana eksekusi pencabutan kesusupan (dibaca “seminar proposal skripsi”), tetapi juga ketakutan jika terjadi sesuatu yang hal yang tak terduga. Dan ternyata benar.

Dari awal, saya memang berkeinginan menggunakan aplikasi selain microsoft powerpoint diwaktu seminar. Saya ingin berbeda. Saya menggunakan aplikasi prezi. Maka dari itu, saya membuat bahan presentasi di aplikasi prezi. Walau sederhana, tapi setidaknya berbeda. Oke, untuk urusan presentasi sudah. 

Karena di laptop teman saya ini tidak ada aplikasi prezi, makanya perlu diinstall jauh-jauh hari. Oke itu lancar.

Akan tetapi..

Sejam hingga detik-detik eksekusi pencabutan kesusupan, saya dan teman saya dipusingkan oleh laptop. Padahal, laptop ini sering digunakan jika ada presentasi di kampus. Singkat kata, permasalahannya adalah layar di laptop ngeblank tapi di layar proyektor LCDnya ada. Saya kurang tahu, istilahnya. Dan saya tak mengerti penyebab dan solusinya. Hingga pada akhirnya, kedua dosen pembimbing saya datang dan presentasi dimulai. Saya hanya dapat menatap ke arah layar proyektor LCDnya disaat presentasi berlangsung. Dan itu hal yang tak terduga terjadi. Cukup menyebalkan.

Syukurnya adalah, teman yang laptopnya saya pinjam ini ada di saat saya ekeskusi pencabutan kesusupan. Padahal, rencananya dia mau menemanin ibunya yang di tempat lain sedang sidang tesis. Tanpa dia, mungkin keadaannya semakin parah lagi. Terimakasih @NopriyadiH yang telah menyediakan laptopnya, yang telah ikut pusing dan telah berusaha mencarikan solusi mengenai permasalahan laptop itu yang pada akhirnya masih bisa digunakan untuk presentasi. Terimakasih juga @Erwin_VOA yang telah bersedia ikut menyiapkan tempat eksekusi pencabutan kesusupan saya dan juga ikut pusing gara-gara permasalahan laptop. Tanpa kalian, mungkin rasa leganya tidak lebih besar daripada ini. Selanjutnya, jika kalian punya permasalahan di waktu mencabut kesusupan, tentu saya akan bantu semaksimal mungkin.

Iya, saya lega mengenai eksekusi pencabutan kesusupan ini. Lega, karena saya adalah orang kedua yang kesusupannya telah tercabut d jurusan Ilmu Pemerintahan angkatan 2011. Lega, karena rasa gugup yang terjadi kemarin telah sirna. Lega, karena saya dapat mempresentasikan aplikasi selain microsoft powerpoint. Lega, karena secara garis besarnya proses pencabutan kesusupan sukses. Alhamdulillah.

Ternyata, bukan itu saja yang membuat hari ini melegakan. Ada satu hal lagi. Dan ini sungguh melegakan.

Alkisah, karena saya menggunakan paket internet di ponsel saya always on, jadi saya tidak bisa mengunggah foto di akun instagram saya. Makanya, saya beli kuota internet. Tujuannya, sebenarnya cuma mau mengunggah sebuah foto mengenai proses pencabutan kesusupan siang tadi. Tapi selain itu, gara-gara saya beli kuota internet, semua display picture yang ada di kontak BBM bermunculan. Mungkin ini permasalahan yang terjadi juga di ponsel lainnya. Ketika saya hanya menggunakan paket internet always on dan kuota internetnya telah habis, kemudian ada yang mengganti DPnya, maka yang terjadi di ponsel adalah hanya ada layar putih tanpa foto di DP. Cukup lama, kontak BBM saya tanpa foto di DP. Saya sungguh tidak mempermasalahkan hal ini. Yang penting bagi saya, masih bisa menggunakan BBM.
 
Singkat kata, ada dua DP yang berbeda di kontak saya yang membuat saya lega. Dua DP ini merupakan orang yang sama. Dia mempunyai dua akun dan saya berteman kedua akunnya. Kedua DP itu sebenarnya dua foto sederhana. Tapi saya mengerti, arti kedua DP itu. Sungguh, saya lega.

Seharusnya, perasaan lega ini telah ada sejak pertengahan september 2010. Tapi, selalu tidak bisa dan akhirnya bisa di hari ini. Perasaan yang memang seharusnya saya miliki, akhirnya saya miliki sekarang ini.

Kalian berdua,cocok!

Meskipun saya baru kenal kamu oktober 2009, kemudian kita dekat januari 2010, lalu kita merenggang di september 2010, saya tahu dia memang sahabatmu. Saya tahu, kalian berdua memiliki kesamaan hobi, kesamaan kegilaan, dan walau saya tidak mengenal dia, tapi saya merasa kalian berdua cocok. Perasaan ini bahkan sudah saya rasakan sejak beberapa waktu lalu, entah sejak kapan pastinya.

Saya tahu, setelah september 2010, kamu telah dekat dengan beberapa laki-laki. Dan dari sekian itu, baru kali ini saya merasakan lega karena kerenggangan kita dulu itu. Saat inilah, akhirnya saya lega karena kita sudah tidak dekat lagi. Kamu dekat dengan laki-laki ini telah membuat saya lega. Sebelum yang ini? tidak.

Indikasi sederhanya kalau saya sudah lega adalah saya ingin suatu saat nanti, kamu, dia dan saya (mungkin juga perempuan yang dekat dengan saya), kita nonton bareng, kita makan bareng, kita nongkrong bareng tanpa ada perasaan tidak ikhlas dari saya yang mengiringi, tanpa ada perasaan canggung. Oh ya, sore tadi kan ceritanya aku mau "meracuni" kamu dengan foto-foto pemandangan di atas bukit, itu tujuannya bukan hanya mengajak kamu, tapi juga dia.

Ini terlalu cepat atau apa ya, tapi ini benar dari perasaan saya, tanpa mengada-ngada. Jika kalian sukses menjaga keadaan ini, saya yakin kalian bisa menjadi pasangan yang halal. Saya pribadi, mengharapkan demikian.

Akhirnya, saya bisa berkata seperti itu tadi. Meski hanya melalui postingan di blog, saya merasa sungguh lega.

Selasa, 06 Januari 2015

[Kumpulan Foto-Foto] Bukit Lintang, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan

Ini hanya sekedar mengunggah foto-foto saat saya ke sana. Setidaknya, sudah dua kali saya ke sana. Yang pertama, bersama teman dan adik sepupu. Sedangkan yang kedua, teman dan kedua temannya.

14 Desember 2014.




 



3 Januari 2015

 



 


Di mana? Maaf, di postingan ini tidak ada akan dijelaskan keterangan lokasinya secara lengkap. Sekedar ingin "menyimpan" foto-foto di blog. :)