Jumat, 23 September 2016

Angka-Angka yang Terhingga hingga Tak Terhingga

Satu tahun keseluruhan.

Tiga bulan percobaan.

Satu setengah bulan dibina.

Delapan bulan sudah berjalan.

Tujuh puluh lima ribu awalnya.

Empat koma sekian selanjutnya.

Lima puluh lebih mungkin sudah totalnya.

Tiga puluh gram kini dimiliki.

Sepuluh pakaian dipunyai.

Lima buku dikoleksi.

Sepuluh kali duduk di depan layar besar.

Jutaan yang jadi daging.

Belasan juta yang jadi investasi.

Dan, tak terhingga rasa syukur.

Kamis, 15 September 2016

Cerita Si Bos dan Anak Buah

Antara tingkat jabatan dengan tingkat senioritas, mana yang lebih penting?

Ceritanya, ada seorang bos memiliki anak buah yang jauh lebih berpengalaman daripada dia. Dia menjadi bos karena memenangkan pertarungan dengan ratusan kandidat bos lainnya. Sedangkan anak buahnya, sudah bekerja puluhan tahun dan karena merasa lebih senior, kerap anak buahnya ini merasa dirinya yang paling benar, dirinya yang mengeluarkan pendapat dan harus disetujui oleh siapapun, termasuk bosnya yang masih bau kencur.

Si bos ini orangnya pendiam. Tidak banyak ngomong. Berbanding terbalik dengan anak buahnya. Anak buahnya banyak ngomong, karena dia lebih senior.

Suatu ketika, si anak buah ini mengusulkan sesuatu. Usulnya cukup baik. Masih masuk dalam penalaran bosnya. Setuju saja, pada dasarnya. Namun, bosnya kurang setuju dengan alasannya. Anak buahnya ini mengusulkan memindahkan pos satpam di tempat kerjanya yang memang sudah kurang memadai ke tempat persis jalur orang-orang ke toilet kantor. Alasan pemindahan ini adalah, kata si anak buahnya, untuk tidak lagi masyarakat umum masuk ke toilet yang dimaksud, karena itu bukan toilet umum. Katanya. Sedangkan si bos, setuju pos satpam direhab, pos satpam perlu dipindahkan karena posisi yang sekarang ini menutup sebagian lahan parkir, tapi tidak setuju alasannya untuk menutup jalur masyarakat ke toilet. Di tempat kerja mereka ini, tempatnya bukan di pasar. Dan terlebih lagi, masyarakat yang datang, sering kali, masyarakat pelosok yang ada memiliki urusan dengan tempat kerjanya. Bagi bosnya, permasalahan kencing atau beraknya masyarakat tidak bisa ditahan atau dipaksa untuk tidak memperbolehkan mereka masuk ke toilet tempat kerjanya. Di sisi lain, di sekitar tempat kerjanya, tidak ada toilet umum. Benar, toilet tempat kerjanya juga bukan toilet umum, tetapi toilet mereka memiliki akses dari luar, ada akses jalan dari masyarakat umum untuk membuang hajat mereka.

Pada akhirnya, si bos pendiam yang bau kencur ini mengalah dengan anak buah yang sudah senior. Benarnya keputusan si bos untuk mengalah?

Jumat, 09 September 2016

Friday, I'm in Love

Jumat, 9 September 2016. Di Gunung Mas. Diawali hari ini dengan hujan deras. Dari setelah azan shubuh hingga pukul 09.00 Wib. Beberapa menit sekali teduh, tapi lebih sering hujannya.

Seperti biasa, setelah breifing pagi, kasir mengambil modal kerja. Adalah sebuah keharusan dan rutinitas yang tidak bisa dilepaskan dari pekerjaannya. Hari ini, ada yang berbeda. Dia (kasir), tidak bisa mencetak laporan mengambil modal kerja. Ketika tidak bisa mencetak dokumen, maka tidak ada bukti bahwa hari ini telah mengambil modal kerja. Ya, di sistem, di komputer kami, telah mengambil modal kerja. Tapi tidak ada buktinya.

Nasabah datang. Membawa surat gadai, ingin menebus sebagian barang gadaiannya. Kami pikir, ketidakbisaan mencetak bukti pengambilan modal kerja tadi tidak merembet pada bukti pelunasan gadai. Ternyata sama. Alhasil, pada sistem, barang gadaian si nasabah sudah ditebus tetapi tidak ada bukti ke nasabah bahwa sudah ditebus. Tidak ada struk pelunasan.

Pukul 08.55 Wib.  Telpon kantor berdering. Kanwil bagian keuangan menelpon. Suara si penelpon sama dengan suara pada kemarin. Kemarin, juga ditelpon. Dan, hari ini kembali menelpon. Menanyakan prihal kemarin, memastikan, kenapa pada tanggal 3 September lalu ada transaksi yang tidak wajar, yang tidak semestinya ada. Sebenarnya, sejak kemarin, saya sudah mengetahui transaksi apa, tapi belum begitu yakin pada saat ditelpon. Makanya, hari ini ditelpon untuk memastikan. Dan, iya, dengan yakin hari ini saya mengatakan saya melakukan kesalahan menginput data pada tempo hari yang berakibat pada adanya transaksi yang tidak wajar. Mengakui kesalahan ini, saya disuruh untuk membuat surat resmi dari unit kami dan ditujukan kepada kanwil bagian keuangan. semenit setelah selesai ditelpon, saya lalu menelpon pimpinan cabang di Palangka. Menanyakan, sekaligus curhat bahwa tadi ditelpon oleh kanwil bagian keuangan. Atas saran pinca, saya membuat surat kronologis kesalahan yang saya buat pada tanggal 3 September lalu. Untuk pertama kalinya, saya sebagai pengelola unit, membuat surat resmi yang ditandatangani oleh saya sendiri lalu ditujukan oleh pinca dan akan diteruskan ke kanwil bagian keuangan. Mengenai seseorang yang menelpon dari kanwil bagian keuangan, belakangan diketahui adalah mantan pinca tempat di mana saya OJT setahun yang lalu. Semestinya, saya yakin kalau itu adalah suara yang saya kenal, seyakin kesalahan yang saya perbuat 7 hari lalu.

Surat selesai satu jam kemudian.

Setelahnya, masih belum selesai. Permasalahan tidak bisa mencetak dokumen belum terpecahkan. Akibatnya, beberapa nasabah yang datang diberitahukan jaringan kami sedang gangguan dan meminta untuk kembali datang siang, besok, atau selasa nanti.

Setengah jam sebelum istirahat salat jumat, saya menelpon helpdesk, mengadukan prihal gangguan tidak bisa mencetak ini. Dari ujung telpon sana, membimbing saya untuk melakukan apa yang dia perintahkan. Buka ini, centang ini, close, buka lagi, coba restart, buka lagi dan seterusnya. Sampai akhirnya, lawan bicara saya menguasai komputer saya. Sekarang jadi tahu, bahwa mereka bisa menguasai komputer semua unit. Tentunya, dengan persetujuan di unit itu, dengan mencentang pada satu bagian dan memberitahukan ip address komputer kita.

Saya lihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 11 kurang beberapa menit lagi. Kasir sudah pamit keluar kantor, siap-siap ke masjid. Saya masih memperhatikan pergerakan mouse yang dimainkan oleh satu satu operator helpdesk. Kami sudah tidak berkomunikasi dengan telpon lagi, karena jika kami telponan akan memperlambat bahkan menghambat kinerja internet di komputer. Telpon yang dipake adalah telpon yang memiliki jaringan internet dan terhubung di setiap unit kerja. Kami berkomunikasi dengan word yang ada di komputer. Jadi saya juga membalas dari situ juga.

Pukul 11.30 Wib. Azan belum terdengar. Eh, atau saya tidak mendengar. Tidak tahu. Biasanya, jam seini, saya sudah berada di masjid dan azan telah berkumandang. Sebenarnya, saya ingin chat kalau saya mau izin ke masjid, tapi memperhatikan gerak-gerik mouse, saya berkeyakinan bahwa sebentar lagi selesai. Ternyata, lima belas menit kemudian, masih belum selesai juga. Maka, saya menyela, saya chat, mengatakan bahwa izin ke masjid. Sepuluh menit kemudian, saya sudah di masjid, dan imam sudah sujud rakaat pertama. Ini pertama kalinya, saya datang, di salat jumat, sebagai masbuq.

Kembali ke kantor, pukul 12.45 Wib. Setelah makan siang di tempat biasa. Sengaja bergegas ke kantor, dengan harapan yang bulat, permasalahan sudah selesai. Ternyata, masih belum. Saya coba telpon lagi helpdesk, menanyakan bagaimana kelanjutannya. Mereka menyerahkan permasalahan ini ke kanwil bagian TI. Untuk keduakalinya, saya bertelponan dengan salah satu pejabat di kanwil. Meski itu bukan dari bagian yang sama.

Dari telponan itu, tidak menghasilkan apa-apa, selain saya mendapatkan kontak whatsapp yang menjadi lawan bicara saya kali ini. Beliau meminta saya mengirimkan foto bagaiamana tampilan komputer ketika mau mencetak dokumen melalui aplikasi itu.

Pukul 14.25 Wib. Hampir, sepuluh nasabah yang kami minta untuk datang lagi, besok atau selasa. Beralasan bahwa sedang gangguan.

Merasa ini kelamaan, saya coba telpon lagi helpdesk. Dan mereka meminta kami menghubungi tim jaringan pusat. Prihal ini, saya mengirim pesan ke salah satu pejabat yang sudah saya punyai kontak whatsapp nya. Beberapa saat kemudian, handphone saya berdering. Ada telpon dari 021 bla bla bla. Langsung saya angkat, dan itu dari tim jaringan pusat. Bessar kemungkinan, beliau (salah satu pejabat di kanwil bagian TI) memberikan no saya ke salah satu orang di tim jaringan pusat.

Singkat cerita, pukul 16.00 Wib, permasalahan cetak dokumen telah teratasi. Walaupun begitu, tim jaringan pusat tidak bisa memastikan jika permasalahan itu tidak akan terulang lagi, ini hanya mengatasi sesaat saja.

Lalu, sekarang, pukul 18.35 Wib. Teringat bahwa, pagi tadi, sebelum ke kantor, di pagi yang hujan deras, saya sedang mendengarkan lagunya The Cure yang judulnya Friday, I'm in love yang kemudian juga saya update di path.

Yes. Friday, i'm in love.