Sebulan yang lalu, tepatnya tanggal 13 Maret 2019, aku mengajukan cuti tahunan untuk tanggal 15, 16, dan 18 April 2019. Waktu pengajuan itu, aku masih belum memastikan, apakah akan travelling atau cuma sekedar istirahat di Banjarmasin. Pilihan yang sebenarnya tidak susah dijawab. Travelling yang artinya menjadi golongan putih yang nyata atau di Banjarmasin saja untuk mencoblos kedua pilihan presiden, atau mencoblos lebih dari satu anggota DPR, DPD, dan DPRD Provinsi maupun Kota. Keduanya sama, tapi dengan cara yang berbeda.
Tidak ada yang cocok untuk dipilih, lalu untuk apa wajib memilih?
Oke, mengenai ini tidak perlu diperpanjang. Pesta pemilihan itu juga sudah selesai.
Tentang cuti tadi. Setidaknya hingga awal bulan April, aku baru memastikan untuk membeli tiket pesawat. Pertimbanganku cukup sederhana sekali, yang penting untuk sekali jalan biayanya di bawah satu juta rupiah.
Lalu, pilihannya hanya ada, Surabaya dan Makassar.
Ke Surabaya? Mau sih, tapi ngapain ya? Sudah Pernah.
Oke, aku pilih ke Makassar.
Kemudian, ada pertanyaan lagi. Ke mana ya?
Di benakku cuma ada satu tempat.
Tana Toraja.
Daerah yang terkenal dengan adat istiadatnya, pikirku waktu itu. Hanya sekedar, tau nya tentang sekitaran prosesi pemakaman dan lokasi pemakamannya yang tidak lazim.
Sendirian?
Yeah, ini waktunya solo traveller.
Selama ini, tidak ada yang benar-benar sendirian. Selalu ada temannya. Entah itu bersama orang tua, teman, hingga benar-benar teman.
Alasan lainnya, tentang sejumlah waktu yang diperlukan untuk menghilangkan sekian waktu yang seharusnya sudah dihilangkan.
Di tahun 2018, beragam cerita. Dari awal tahun, tentang kemampuan aku menjodohkan dua temanku. Lalu, mereka mencoba menjodohkan aku dengan dia. Dan di akhir tahun, dia menjodohkan dengan yang lain.
Ga beragam banget ya.. Hahaha
Malah seragam.
Tentang pasangan.
Tentang jodoh.
Bisa disebut secara kasar, kalau perjalanan ini tentang peralihan itu semua.
Mengalihkan itu semua ke hal yang lain. Setidaknya, mencoba.
Ketidakmampuan itu yang harus ku tuntaskan.
Peralihan ke hal yang lain, sudah diupayakan. Kembali ngelakuin hobi yang sudah lama tidak dilakuin, salah satunya.
Ketidakberhasilan mereka menjodokan aku dengan dia, dan malah dia yang "berhasil" menjodohkan aku dengan yang lain, membuat ada perasaan yang janggal.
Pembahasan ini akan panjang.
mereka yang anggap kami cocok, nyatanya tidak begitu.
Jak Koffie |
Sampai ke satu tahapan, dia mencoba memperkenalkan temannya.
Seperti kebanyakan orang, diperkenalkan ke seseorang tidak begitu saja langsung mengiyakan. Tidak langsung merasa klop. Berbulan-bulan sejak saling follow di instagram tapi belum ada kesempatan untuk saling tegur. Cukup saling tau saja, apa saja yang biasanya yang diposting.
Sampai akhirnya, tes CPNS yang membuka jalan itu.
Dia tes CPNS di kota ini.
Dan aku bersedia meluangkan waktu untuk bertemu dan mengantarkan dia ke lokasi tes.
Random jika dibayangkan. Belum pernah ketemu sebelumnya, hanya sekedar berbalas DM di instagram, tapi pas ketemu, obrolan itu mengalir saja. Jika tulisan open di pintu masuk KFC waktu itu tidak dibalik, mungkin masih banyak paragraf-paragraf cerita yang disampaikan.
Malam itu diakhiri oleh hujan yang turun.
Lalu dilanjutkan, keesokanharinya, aku mengantarkan dia menuju lokasi tes.
Karena kesibukan, setelah dia tes, aku ga bisa mengantarkan dia kembali ke penginapan.
Pagi itu, pagi yang cukup aku ingat sampai sekarang.
Dia turun dari tangga, dengan baju putih rok panjang hitam jilbab hitam khas orang mau melamar pekerjaan. Membawa sari roti yang dia beli di alfamart kemarin malam. Di perjalanan, sambil makan rotinya. Menggunakan helm pinjaman dari temen.
Pagi yang penuh harapan. Harapan untuk masih bisa ketemu lagi.
Terwujud.
Di suatu hari, kami ketemu lagi di Banjarmasin.
Dan, ku berharap itu bukan yang terakhir.
Keinginanku masih ingin untuk bertemu lagi, memperbaiki sesuatu yang aku rusakkan kemarin.
Masih ingin berusaha.
Hingga ketikan ini.
Tana Toraja
Minggu sore, 14 April 2019.
Sesuai jadwal, jam 7 malam pesawatku mendarat di Makassar. tepat waktu. Tumben.
Kota yang belum pernah aku datangin. Sekilas mungkin sudah ada bayangannya, tapi tetap saja cerita selalu berbeda dengan yang dibayangkan.
Beberapa hari sebelumnya, aku sudah pesan bis menuju Tana Toraja, jam 9 malam. Malam itu juga.
Berdasarkan saran teman @putriii_santoso , maka menunggulah aku di Rumah Makan Minang. @putriii_santoso menjadi teman karena ada teman
Rumah Makan Putri Minang |
Ban Bocor |
Rumah Makan Putri Minang layaknya salah satu tempat persinggahan bagi orang-orang yang mau naik bis malam menuju ke luar kota Makassar. Makanannya pun cukup enak dan murah.
Sekitar jam setengah 10, bisku datang.
Sesuai yang ku bayangkan, bisnya besar dan bagus sekali. Nyaman dan bersih. Sangat jauh jika dibandingkan dengan bis-bis yang ada di Banjarmasin.
Bis terbaik yang pernah aku tumpangin.
Double Decker Primadona |
Masjid Agung Rantepao |
Buang air kecil, lanjut buang air besar, kemudian ganti baju, mungkin sekitar 40 menitan, tukang ojek itu masih setia menunggu di depan masjid. Iya, pada saat masuk ke masjid ini, aku dihampiri tukang ojek untuk menawarkan jasa antarnya keliling kota atau sekedar menuju ke tempat yang diinginkan. Menghargai beliau, aku makai jasanya untuk mencari tempat penyewaan motor. Beberapa tempat penyewaan motor didatangin, tapi ujung-ujungnya ke penginapan Riana Homestay. Di sana, selain penginapan, juga menyediakan jasa sewa motor. Memilih ke sana, karena aku sudah pesan satu malam untuk menginap di sana. Yang pada akhirnya, aku tidak merasakan nginap satu malam di penginapan itu. Haha
Aku dapat motor beat untuk keliling kota selama dua hari. Biaya sewa motornya, per hari nya seratus ribu.
Sewa Motor Beat |
Tapi, aku, memang, kadang, tidak mau melihat maps. Untuk menemukan sesuatu yang tidak terduga. Baru setelah merasa tersesat, google maps diperlukan.
Rantepao |
Rumah Makan Barokah |
Ke'te Kesu' |
Londa |
Tengkorak |
Londa |
Sekitar dua jam aku di sini. Satu jam diantaranya di gazebo yang disediakan.
lemo |
Selain pemandangan perkuburan itu, pemandangan sawahnya juga menyehatkan mata.
Sawah |
Gerimis mulai turun. Aku bergegas untuk menuju Buntu Burake.
Patung Yesus Memberkati |
Patung Yesus Memberkati |
Rumah Makan di Makale |
Ada yang unik (bagiku), ada menu Soto Banjar di sini. Padahal, yang jual orang asli Toraja.
Hari mulai menuju senja. Aku harus ke Lolai, untuk nginap satu malam di sana. Lolai atau yang lebih dikenal "negeri di atas awan" adalah tempat yang selalu ditanyakan oleh driver ojek online ketika aku di Makassar di setiap kalimat "saya baru dari Toraja".
Tongkonan Lempe, Lolai |
Untuk sebuah kendaraan matic Beat yang ban belakangnya gundul, naik sampai ke sini cukup perjuangan untuk berhati-hati. Di sepanjang jalan, yang aku bayangkan bagaimana pas turunnya. Belokkannya sangat patah.
Dan, malam hari di situ, hujan deras. Malah, sempat aja mengetik untuk postingan ini.
Selasa, 16 April 2019. Sisa hujan malam tadi berefek dengan hawa yang sangat dingin di pagi ini.
Negeri di Atas Awan |
Di hari kedua di Tana Toraja, aku hanya fokus keliling Kota Rantepao. Rencana awal, sebenarnya mau hari rabu ke Makassar, tapi aku ubah jadwalnya. Aku pangkas waktu ku di Tana Toraja. Malam ini, aku naik bis untuk kembali ke Makassar.
Keliling kota dengan harapan ketemu barang yang bisa dibeli dan sebutlah itu oleh-oleh. Tetapi, aku tidak menemukan. Aku hanya beli Totebag dari Jak Koffie.
Tote bag |
Padahal, aku sudah booking satu malam di Riana Homestay, jadinya cuma tempat persinggahan siang dan tempat mandi. Tidak sempat tidur di sana. Aku lebih milih tidur di bis primadona, menuju Makassar.
Bis Primadona |
Secara umum, aku sangat suka bis primadona ini. Kursinya empuk, ada bantal, selimut, kursinya bisa diatur agar menjadi posisi tidur, dan yang paling penting, pembawaannya supirnya yang sangat smooth, tidak ugal-ugalan. Ya jelas sih, bis sebesar itu, kalau ugal-ugalan, bisa dibayangkan akan lebih cepat, menuju jurang.
Makassar
Rabu 17 April 2019, tepat azan shubuh aku sampai di Terminal Daya, Maros. Pemilihan perbehentian di Terminal ini sebenarnya asal-asalan saja. Aku tidak ada pilihan untuk turun di mana. Biar gampang nyebutnya, jadinya aku minta turun di terminal saja.
Beberapa tukang ojek yang menawarkan jasanya. Tapi, karena aku orangnya
Langsung menuju penginapan. Padahal masih jam 7 pagi.
Hotel Pesonna Makassar |
Setelah mesan kamar, aku masih harus nunggu sampai jam 12 siang untuk check in. Untuk itu, aku milih bertitip tas dan ganti pakaian di toilet hotel.
Cream Soup KFC |
Pantai Losari |
Di Makassar aku tidak terlalu banyak tempat yang aku kunjungi. 4 hari di sini, 4 kali masuk mall dengan 3 mall yang berbeda. Haha. Aku memilih ke tempat standar, ke Pantai Losari, Pantai Akkarena, Fort Rotterdam dan Bantimurang. Rasa memang ingin ke Samalona karena ada lagunya Rocket Rockers yang mencover lagunya Imanez, tentang Samalona. Tapi aku urungkan ke sana, karena, aku sadar, aku sendirian.
Bantimurung |
Aku memerlukan teman ngobrol di perjalanan. Cerita hulu ke hilir. Apapun.
Betapa romantisnya, aku ketemu sepasang suami isteri yang lebih tua daripada orang tua ku, couple travelling, di Bantimurung, hanya berdua saja. Seusia mereka, masih bisa menyempatkan waktu untuk liburan. Sang suami sangat bersemangat memoto isteri di sudut-sudut yang bagus dijadikan background foto. Pacaran di usia tua mengalahkan segalanya.
Relationship Goal |
Sebuah hubungan, aku berkeyakinan, mempunyai banyak kesamaan akan lebih baik. Sama-sama suka perjalanan, sama-sama saling mengerti, sama-sama saling memiliki. Sepasang pasangan yang ku temui siang itu, sudah panjang perjalanannya. Beragam kisah. Aku, tidak seberapa.
Pantai Akkarena |
Ada penyesalan berangkat sendirian sejauh itu?
Dusta, jika aku bilang lebih enak berangkat sendirian sedangkan sebenarnya aku memerlukan teman bicara. Tapi aku tidak menyesal. Aku memerlukan proses perjalanan sendirian ini. Keperluan masing-masing berbeda. Tahapan perjalanan sendirian ini aku perlukan untuk introspeksi ke diri sendiri, apa nih yang seharusnya dikerjakan, apa yang harusnya diabaikan.
Ketemu?
Yang mau dikerjakan sudah tau, yang seharusnya diabaikan sudah mengerti. Tapi, masih terpatri jika itu akan rumit dilaksanakan.
Ini tentang doktrin. Jika di awal sudah diucapkan tidak mudah, tidak gampang, susah, sulit, maka akan nempel begitu terus.
Paragraf-paragraf di atas, bermuara tentang kamu. Atau karena perjalanan ini masih kurang jauh, ya?
Bgzt.
Aku berharap perjalanan kemarin bisa membuat aku merelakan. Tapi, sekarang aku masih ada ingin berjuang.
Terlalu bucin jika aku bilang "perjuangan ini akan selalu aku perjuangan hingga kamu menolehkan kembali ke aku, untuk kembali".
Fak.
Ini postingan terakhir, tentang kamu.
Kesimpulan yang sebenarnya aku sudah tidak tau lagi, bagaimana kalimat lengkapnya.
Terimakasih, Mey di bulan April yang berulangtahun bulan Desember. Ada semangat yang lahir dari penutupan jalan yang kamu bikin untuk membuat ku berjalan sejauh Makassar dan Tana Toraja, sendirian.