Sabtu, 16 Desember 2017

Dari Awal Lagi

Sudah sebulan lebih 16 hari berada di Kota Cantik, Palangka Raya. Terlalu basi kalau dikatakan "tak terasa, hampir 2 tahun di Gunung Mas". Itu basi. Tapi, memang hampir 2 tahun di sana. Dan memang sudah basi.

Disisi lain, harus diakui, selama di Kurun, rasa sebagai orang perantauan terasa sekali. Anak tunggal ini sebelumnya tidak pernah jauh dari orang tuanya. Paling banter, sebulan pas KKN. Itu pun masih berjarak 2 jam dari rumah. Sedangkan ini benar-benar terasa. Terasa jauh. Terasa merantau. Terasa sendirian di kota orang.

Itulah garis tangannya. Di fase kehidupan ini harus dilalui dengan merantau dari rumah. Tidak ada pengalaman. Buta terhadap segalanya yang ada di depan. Namun, hijrah untuk sebagian orang, memang dan harus dilakukan untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Dan itu yang saya alami 2 tahun ke belakang ini. Tidak ada yang dikenal sama sekali orang-orang di Kurun, awalnya. Tidak tahu bagaimana keadaan kotanya. Terlebih lagi, tidak mampu membayangkan, apakah saya masih bisa hidup di sana. Anak tunggal ini terbiasa di kota besar dengan segala kemudahannya.

Eh, ternyata masih bisa hidup, kok.

Setelah dilalui, baru bisa mengenal orang-orang di Kurun. Tahu seluk beluk kehidupan kota di atas gunung itu. Dan, saya masih hdup saja dengan keterbatasan selama di sana.

Kalau ada yang bilang "bisa karena terbiasa" itu ada benarnya. Saya yang menjalani. Merantau yang awalnya adalah momok, kemudian perlahan sedikit bisa teratasi. Setidaknya, selama di sana, ada yang mau menemani. Meskipun, hanya melalui media sosial. Hanya bisa ketemu ketika pulang. Rasa homesick itu bisa berkurang karena ada dia.

Kini garis tangannya menunjukkan saya harus dimutasi ke Palangka. Tugas di Gunung Mas dianggap sudah selesai. Kini ada tugas lain. Sama sekali berbeda. Ritme tugasnya berubah. Harus penyesuaian lagi. Dari awal lagi.

Senang ke Palangka? jelas.

Sebelumnya, memang saya merasa sudah cukup tugas saya di Gunung Mas. Saya merasa sudah bosan dengan ritme pekerjaan di sana.

Dan, terkabul.

Ke Palangka, berubah sama sekali yang dikerjakan. Dan itu secara logika, mestinya bisa mengubah rasa bosan tadi menjadi lebih rajin.

Tidak mudah, ternyata.

Sama seperti pertama kali ke Gunung Mas, tidak mudah. Dan kini harus dilakukan lagi.

Semua dari awal lagi. Menyesuaikan lagi dengan ritme pekerjaan, menyesuaikan lagi dengan partner pekerjaan, menyesuaikan lagi dengan nasabahnya, dan menyesuaikan lagi dengan keadaan yang tidak ada pengurang rasa homesick seperti di atas gunung kemarin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika ada yang perlu dikomentari, komentarin aja. :)